Pakistan dan Bangladesh Belajar Pengelolaan Haji dari RI

Kunjungan perwakilan haji Bangladesh dan Pakistan
Sumber :
  • VIVA.co.id/Eko Priliawito

VIVA.co.id – Misi Haji Pakistan dan Bangladesh ikut belajar tentang pengelolaan jemaah haji Indonesia. Pasalnya, kedua negara ini masuk dalam 10 besar negara terbesar pengirim jemaah haji.

Kemenag Pastikan 75.572 Visa Jemaah Haji Reguler Indonesia Sudah Terbit

Pakistan menempati urutan kedua setelah Indonesia dengan 179 ribu kuota haji, sebanyak 100 ribuan adalah haji Reguler. Lalu Bangladesh menempati urutan keempat dengan 129 ribu kuota haji. Tempat ketiga milik India dengan 170 ribu kuota haji.

“Misi Haji Pakistan dan Bangladesh dipimpin oleh masing-masing konsulnya di Arab Saudi,” kata Kadaker Mekah Nasrullah Jasam.

Pelunasan Biaya Haji Ditutup pada 5 April, Kuota 213.320 Jemaah Reguler Sudah Terisi

Delegasi kedua negara ini diterima oleh Direktur Layanan Haji Luar Negeri Sri Ilham Lubis dan Ketua Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Ahmad Dumyathi Bashori.

Kunjungan kedua misi haji ini untuk mengetahui lebih detail tentang manajemen haji Indonesia sebagai pengirim jemaah haji terbesar. Sebelumnya, mereka menjelaskan data-data pengelolaan jemaah di negara mereka masing-masing.

Terakam Momen Haru Polisi Gendong Jemaah Umroh Disabilitas, Terima Ganjaran Ini

Menurut Nasrullah, akomodasi  jemaah haji Pakistan dan Bangladesh di Mekah jaraknya hingga mencapai 7 km dari Masjidil Haram. Sedang di Madinah, sekitar 10 ribu jemaah haji regular mereka tinggal di hotel yang terletak di luar markaziyah.

Menurut Nasrullah, sebagian jemaah mereka juga tinggal di tenda Mina Jadid. Meski kuotanya lebih sedikit dibanding Indonesia, hotel yang disewa Pakistan di Mekah lebih banyak, atau mencapai 195 hotel. Sementara, Indonesia hanya menyewa 155 hotel. Artinya, kapasitas hotel mereka jauh lebih kecil.

Sri Ilham menyambut baik kedatangan Misi Haji Pakistan dan Bangladesh. Menurutnya, pertemuan antar misi haji  penting agar bisa saling memahami kelebihan dan kekurangan layanan yang diberikan kepada jemaah negara masing-masing.

Hal sama disampaikan Dumyathi Basori. Pertemuan antar misi haji perlu dilakukan untuk perbaikan layanan ke depan.

Sementara pada Misi Haji Pakistan dan Bangladesh, Sri Ilham membagi pengalaman tentang manajemen pengelolaan haji Indonesia. Menurutnya, sebagai negara dengan kuota jemaah haji terbanyak, Indonesia dihadapkan pada tantangan penyediaan layanan, mulai dari akomodasi, transportasi, maupun katering. Karena itu, proses persiapan penyelenggaraan haji dilakukan sejak awal.

“Penutupan operasional haji tahun ini, sekaligus menandai dimulainya persiapan penyelenggaraan haji tahun depan,” kata Sri Ilham.

Indonesia dalam beberapa tahun terakhir terus berusaha memberikan layanan terbaik bagi jemaah. Karenanya, baik akomodasi, transportasi, maupun katering diupayakan dapat disediakan dalam standar terbaik. Guna memastikan hal ini, Kementerian Agama sudah memiliki Peraturan Menteri Agama tentang pengadaan layanan haji di Arab Saudi.

“Untuk hotel misalnya, kami memiliki kriteria yang harus dipenuhi. Salah satunya terkait dengan spek dan kapasitas. Alhamdulillah, meski jumlah jemaah kami banyak, namun kami bisa menyiapkan 155 hotel dengan kapasitas besar dan setara bintang tiga di Makkah,” katanya.

Terkait layanan transportasi, Sri Ilham menjelaskan bahwa semuanya sudah mengalami peningkatan kualitas atau upgrading. Bus antar kota perhajian yang digunakan jemaah haji rata-rata produksi tahun 2015 dan 2016.

“Ini sengaja dipilih untuk memberikan kenyamanan kepada jemaah. Layanan katering juga disiapkan semaksimal mungkin agar bercita rasa nusantara,” katanya.

Sri Ilham juga berbagai tentang manajemen petugas layanan haji yang dibuat dalam pola daerah kerja dan sektor. Untuk memudahkan layanan kepada jemaah, di setiap sektor perumahan terdapa petugas haji yang siap 24 jam.

Kepada delegasi Pakistan dan Bangladesh, Sri Ilham juga menyampaikan bahwa meski jumlahnya  banyak, masa tinggal jemaah haji Indonesia di Arab Saudi lebih pendek dibanding negara lainnya. Masa tinggal jemaah Indonesia berkisar 40 hari. Ini tidak lepas dari manajemen pemberangkatan dan pemulangan jemaah yang disiapkan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH).

Sebelumnya Pakistan dan Bangladesh, tim Tabung Haji Malaysia juga bersilaturahim dengan PPIH Arab Saudi. Pertemuan digelar di Kantor Daker Mekah, 19 September 2017.

Tim Tabung Haji Malaysia dipimpin langsung oleh Ketua Rombongan (semacam Amirul Haj) Datuk Syed Saleh Syed Abdur Rahman. Ikut dalam rombongan, para pengarah operasional (semacam Kadaker dan Kepala Bidang Layanan).

“Mereka ingin tahu pengelolaan jemaah haji Indonesia, mulai dari persiapan di Indonesia, manasik, sampai dengan  operasional di Arab Saudi,” kata Nasrullah.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya