Magma Terus Naik, Gunung Agung Mulai Menggelembung

Kondisi Gunung Agung usai naik status jadi awas.
Sumber :
  • REUTERS/Darren Whiteside

VIVA.co.id – Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi atau PVMBG menyebutkan, magma yang terkandung di perut Gunung Agung, terus bergerak naik ke permukaan kawah secara konsisten. Hal itu ditandai dengan tingginya jumlah kegempaan vulkanik dangkal yang terekam seismograf.

Pendaki Lansia Ditemukan Tewas di Puncak Gunung Agung, Jasad Ditemukan WNA

"Dari data terakhir masih konsisten datanya. Gempa konsisten, utamanya gempa vulkanik dangkal naik signifikan. Gempa itu menandakan fluida mulai bergerak naik," kata Kepala PVMBG, Kasbani, di Pos Pemantauan Gunung Api Agung di Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali, Selasa, 25 September 2017.

Menurut Kasbani, perekaman data aktivitas Gunung Agung, kali ini lebih lengkap dari perekaman data aktivitas vulkanik saat gunung berketinggian 3.031 mdpl ini mengalami erupsi pada tahun 1963.

Merugi, Seluruh Outlet Toko Buku Gunung Agung Bakal Ditutup Akhir 2023

Kasbani menuturkan, 54 tahun lalu, saat Gunung Agung meletus, data yang terekam hanya pada data seismik dan foto. Selain itu ada beberapa video yang tersimpan. Sementara untuk data wilayah terdampak akibat letusan Gunung Agung belum tercatat. 

"Ini akan jadi data pertama yang lengkap merekam aktivitas Gunung Agung," katanya. 

Netizen Geram Lihat Tingkah Bule Lepas Celana Pamer Alat Kelamin di Puncak Gunung Agung Bali

Melalui pengamatan kali ini, data deformasi atau penggelembungan telah dipasang sejak kemarin. Data ini menjadi pelengkap untuk data yang telah ada.

Sementara itu, menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, kondisi Gunung Agung saat ini cukup kritis dan sulit ditebak.

Berdasarkan data PVMBG, frekuensi gempa vulkanik juga tercatat sangat tinggi sejak PVMBG meningkatkan status vulkanik dari siaga ke awas atau level IV, pada Jumat malam, 22 September 2017.

"Saat ini fase kritis. Magma mau keluar tapi tersumbat batuan. Gempa vulkanik dalam frekuensinya juga tinggi," kata Sutopo di BNPB Jakartga, Senin 25 September 2017.

Sutopo mengatakan, wilayah yang rawan dari letusan Gunung Agung dalam kondisi saat ini adalah wilayah dengan radius 9-12 kilometer dari puncak kawah Gunung Agung. Untuk itu, warga dalam zona merah telah diungsikan.

"Dari seluruh pengamatan menunjukkan potensi meletus tinggi, radius 9 kilometer harus dikosongkan," katanya.

Selain itu, tingginya aktivitas vulkanik di Gunung Agung membuat adanya perubahan bentuk pada gunung tersebut. Sutopo mengatakan, terdapat penambahan volume gunung karena besarnya tekanan magma dari dalam.

"Ada penggelembungan di bentuk Gunung Agung, itu terpantau di satelit," katanya. (one)
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya