- ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana
VIVA – Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Kasbani mengatakan dari hasil pengamatan melalui seismik, didapati data dan informasi bahwa telah terjadi fraktuasi atau perekahan-perekahan yang sangat intensif di bawah perut Gunung Agung.
Itu artinya, sumbatan lava yang selama ini menghalangi jalannya magma perlahan-lahan berhasil dihancurkan.
"Yang artinya dia (magma) semakin ke atas," kata Kasbani, Minggu 22 Oktober 2017.
Fraktuasi terang Kasbani, merupakan jalur perkembangan fluida magma untuk dapat keluar ke permukaan gunung berapi. "Jadi, jalur-jalur perkembangan fluida (di Gunung Agung) itu sudah terbentuk cukup banyak," ujarnya.
Kasbani menambahkan, data yang diperoleh dari gelombang seismik melalui seismometer tak melulu merekam jumlah gempa belaka. PVMBG lanjutnya, mengolah banyak hal dari alat tersebut.
"Salah satunya kita ingin mengetahui adanya frakturasi. Frakturasi berdasarkan data seismik untuk mengetahui frakturasi di bawah gunung itu. Dari hasil analisis kami, frakturasinya sudah berkembang begitu banyak di bawah gunung itu," terang Kasbani.
Menurut Kasbani, Gunung Agung telah lama tidak meletus. Kali terakhir meletus pada tahun 1963. Sejak saat itu, terjadi penyumbatan lava yang cukup kuat. Itu sebabnya hingga kini, tepat satu bulan berstatus awas, gunung setinggi 3.142 mdpl itu belum juga meletus.
"Di dalam gunung tersumbat. Untuk mengeluarkan sumbat butuh energi besar. Nah itu mengapa di awal-awal gempanya besar dan banyak dan membentuk rekahan-rekahan. Itu semua diterjemahkan ke dalam data-data gempa vulkanik dan deformasi," jelasnya.