Pasar Ateh di Bukittinggi Sudah Ada sebelum Era Kolonial

Pasar Ateh di Bukitting, Sumatera Barat, diperkirakan pada tahun 1915 atau 1930.
Sumber :
  • Wikipedia

VIVA – Pasar Atas atau Pasar Ateh di Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, kebakaran hebat pada Senin pagi, 30 Oktober 2017. Api dapat dipadamkan sekira enam jam kemudian atau sekira pukul dua belas siang.

AKP Heri Jelaskan Kronologi Kebakaran Pasar Jibama Wamena

Sebanyak 357 dari total 763 unit toko pada pasar terbesar di bekas ibu kota sementara Republik Indonesia itu hangus hingga tersisa arang. Total kerugian materiil ditaksir mencapai Rp1,5 triliun.

Pasar Ateh di Bukittinggi Sudah Ada sebelum Era Kolonial

Ganjar Minta Kerugian Relokasi Pasar Johar yang Terbakar Dihitung

FOTO: Pasar Ateh di Bukitting, Sumatera Barat, setelah kebakaran hebat pada Senin, 30 Oktober 2017. (VIVA/Andri Mardiansyah)

Pasar Ateh memiliki sejarah panjang. Pasar itu bahkan sudah ada sejak sebelum era kolonial, sebelum penjajah Belanda menaklukkan Bukittinggi dan kota-kota strategis lain di Sumatera Barat pada 1818.

Pasar Bawah Bukittinggi Kebakaran Lagi, Wali Kota Sebut Mencurigakan

Awalnya, penghulu (tokoh adat) Kurai di Bukit nan Tinggi (Bukit yang Tinggi), menggelar aktivitas jual beli yang lazim disebut orang Minangkabau sebagai hari pakan (hari pasar) setiap Sabtu. Ada yang datang dengan berjalan dan ada yang naik bendi. 

Pasar Ateh lambat laun berkembang kian pesat hingga masyarakat dan tokoh setempat pun bersepakat beraktivitas jual beli tak hanya tiap Sabtu, tetapi juga Rabu. Mereka menjajakan barang dagangannya di atas lapak yang terbuat dari anyaman bambu dan beratap rumbio (ayaman dari daun ilalang).

Dibangun permanen

Sebelum dinamakan Pasa Ateh, kawasan itu disebut Los Galuang, karena hanya berbentuk los. Pada tahun 1972, Pasa Ateh dibangun secara permanen dan selesai tahun 1974.

Pemerintah Kota Bukittinggi menamai resmi pasar itu dengan Pasar Bertingkat Pasar Atas Bukittinggi. Diresmikan langsung oleh Presiden Soeharto.

Sejak itulah Pasar Atas berkembang kian pesat, bahkan menjadi semacam pasar induk di Sumatera Barat. Para pedagang pun tak hanya warga lokal, tetapi juga dari luar Bukittinggi. Nama Pasa Ateh pun kian terkenal.

Meski demikian, ternyata perkembangan Pasar Ateh juga memiliki catatan kelam. Sejak diresmikan pada tahun 1974, tercatat sudah empat kali pasar itu mengalami kebakaran hebat.

Kebakaran pertama sejak diresmikan terjadi pada 1995. Kebakaran dipicu kompor milik salah satu pedagang kopi yang meledak. Semua unit toko ludes dan seorang meninggal dunia.

Pemerintah Kota merenovasi pasar itu dua bulan kemudian dan diresmikan ulang oleh Gubernur Sumatera Barat, Hasan Basri Durin. Pemerintah Provinsi bahkan memberikan uang bantuan sebesar Rp100 juta  kepada para pedagang yang menjadi korban.

Setelah dua tahun usai direnovasi, pada 1997, Pasar Ateh kembali kebakaran hebat. Walau tak ada korban, para pedagang direlokasi ke pasar penampung di pelataran menara Jam Gadang. Baru pada 1999, para pedagang kembali menempati kios-kios di Pasar Ateh.

Kandang Kerbau

Ahli sejarah pada Universitas Andalas, Gusti Asnan, membenarkan sejarah panjang Pasar Ateh. Pasar itu sudah ramai jauh sebelum pemerintah kolonial menamai Bukittinggi sebagai Fort de Kock dan menjulukinya Paris van Sumatera.

Pasar Ateh di Bukittinggi Sudah Ada sebelum Era Kolonial

FOTO: Pasar Ateh di Bukitting, Sumatera Barat, setelah kebakaran hebat pada Senin, 30 Oktober 2017. (VIVA/Andri Mardiansyah)

Di masa pemerintahan kolonial Belanda, kata Gusti, Pasar Ateh adalah pasar utama yang selalu ramai dikunjungi masyarakat. Selain menjadi sentra perniagaan, Pemerintah Kolonial juga menjadikan kawasan Pasa Ateh untuk kegiatan lain, seperti pasar malam dan hiburan lain.

"Jika dihubungkan dengan kehadiran pemerintah kolonial Belanda, diperkirakan Pasa Ateh berkembang pada dekade 1820-an. Masa itu seiring dengan dibangunnya benteng di kota Bukittinggi," kata Gusti pada Senin malam.

Sebelum bernama Pasa Ateh, masyarakat setempat pada masa lalu memberi nama kawasan dengan sebutan Kandang Kabau (kandang Kerbau). Hingga kini, Pasa Ateh tetap berkembang pesat, walau sudah beberapa kali mengalami perubahan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya