Jelang Tahun Politik, Waspada Berita Hoak

Sosialisasi Literasi Cerdas Bermedia Sosial
Sumber :

VIVA – Dalam berbagai kesempatan, Presiden Joko Widodo mengingatkan agar masyarakat Indonesia tidak berseteru satu sama lain di tahun politik. Tahun politik yang dimaksud Presiden adalah pemilihan kepala daerah serentak 2018 dan pemilihan umum 2019.

Menkominfo Kasih Lampu Hijau Operator Telekomunikasi untuk Merger

“Pilih pemimpin yang baik setelah itu rukun kembali. Jangan sampai dibawa bertahun-tahun suasana Pemilu masih ada, kebencian diangkat-angkat terus,” kata Presiden Jokowi seperti dikutip banyak media.

Daripada gaduh, Presiden mengajak agar masyarakat rukun usai pemilihan umum selesai. Imbauan Presiden tersebut terkait dengan fenomena di masyarakat yang seringkali masih panas walaupun pemilu sudah selesai.

Isu Partai NasDem Gabung Koalisi Prabowo, Projo: Semua Dirangkul untuk Indonesia Maju

Jelang tahun politik mendatang, gesekan antar-masyarakat bisa saja terjadi karena merebaknya berita hoak. Menurut Anggota Komisi I DPR RI Arief Suditomo, penyebaran berita hoak melalui media sosial akan semakin masif menjelang tahun politik.

Sosialisasi Literasi Cerdas Bermedia Sosial

Budi Arie Bantah Jokowi Titip Nama Menteri ke Prabowo: Gosip

"Penyebaran berita hoak itu sudah terjadi pada Pilkada serentak tahun 2017. Apalagi Pilkada DKI Jakarta tahun 2017 yang berlangsung panas," kata Arief Suditomo kepada media di Jakarta, baru-baru ini.

Untuk itu, Arief mengimbau agar pemerintah melalui Kementerian Kominfo dan lembaga terkait lainnya dapat melakukan sosialisasi anti hoak  ke masyarakat, terutama ke kampus-kampus, sekolah-sekolah dan ke kelompok-kelompok masyarakat, seperti diamanahkan dalam UU Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).

Imbauan Arief sebenarnya sudah dilaksanakan pemerintah melalui gerakan mudamudigital. Melalui mudamudigital, pemerintah secara intens mengedukasi generasi muda, khususnya yang masih kuliah, agar lebih bijak menggunakan sosial media dan juga turut menyebarkan konten positif.

Pemerintah, seperti disampaikan Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara dalam Konvensi Nasional Humas (KNH) 2017 di Kota Bogor, Jawa Barat, menyadari bahwa konten negatif di media sosial tak bisa diatasi dengan cara blokir saja. Akan tetapi, dibutuhkan produksi konten-konten positif yang melibatkan semua pihak, termasuk humas.

"Berita hoak tak hanya bisa dilakukan dengan blokir-blokir saja, humas harus mampu memilih dan memilah informasi dengan cara kita memberikan informasi dan konten positif. Peran humas  sangat besar," kata Rudiantara.

Nah, agar tak gampang terjebak berita hoak, ada baiknya Anda memperhatikan ciri-ciri berita hoak seperti disampaikan Ketua Dewan Pers Yosep Adi Prasetyo. Pertama, hoak bisa mengakibatkan kecemasan, kebencian dan permusuhan. Kedua, sumber beritanya tidak jelas, medianya tidak terverifikasi, tak berimbang, dan cenderung menyudutkan pihak tertentu. Ketiga, hoak juga bermuatan fanatisme atas nama ideologi, judul dan pengantarnya provokatif, memberikan penghukuman serta menyembunyikan fakta dan data.

“Yang ada di media sosial itu informasi, belum terverifikasi kebenarannya. Oleh karena itu, jika ada berita di medsos, baca dengan teliti, klarifikasi kebenarannya, verifikasi dengan cara membandingkan berita yang sama dari sumber berbeda, jangan langsung diterima atau disebar ulang,” demikian kata Ketua Dewan Pers. (webtoria)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya