VIVA – Sebanyak 11 korban tenggelamnya kapal cepat, atau speedboat di Perairan Tanjung Sare, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, yang hilang akibat dihantam ombak tinggi, akhirnya ditemukan. Para korban ditemukan sudah dalam kondisi tak bernyawa.
Menurut Kepala Kantor Search and Rescue (SAR) Palembang, Toto Mulyono, jasad 11 korban ditemukan dalam kondisi utuh, meski lokasi tenggelamnya kapal berada di perairan yang menjadi sarang alias habitat buaya muara alias buaya bekatak, jenis buaya terganas di dunia.
"Semuanya utuh, tidak ada yang dimakan buaya. Memang di sana tempat sarang buaya," kata Toto, Jumat 5 Januari 2018.
Meski tak dimangsa buaya, ada beberapa korban yang kehilangan anggota tubuhnya, seperti bagian mata dan hidung. Hanya saja, menurut Toto, bagian tubuh korban hilang karena dimakan ikan kecil saja.
"Kami tidak menyangka jika kondisi tubuh korban masih utuh. Kalau mata dan hidung yang hilang itu hal wajar, karena membusuk dan dimakan ikan di sungai," ujarnya.
Pencarian para korban bukan perkara mudah, karena air sungai di lokasi sangat keruh. Dan, tim SAR tak bisa dikerahkan untuk melakukan penyelaman, karena dikhawatirkan bisa dimangsa buaya.
"Kita mengantisipasi kejadian lain dalam evakuasi. Karena di sana sarang buaya, penyelaman tidak bisa dilakukan," kata dia.
Seluruh jenazah korban sudah dievakuasi tim SAR dan petugas gabungan dari TNI dan Polri ke Rumah Sakit Bhayangkara Polri di Palembang. Sejauh ini, baru dua jenazah yang teridentifikasi, atas nama Sofiah Irwandi (35 tahun) dan Suhendri (31 tahun) yang merupakan warga Palembang.
Kapal cepat itu tenggelam karena mengalami dihantam ombak, setelah mengalami kerusakan mesin, Rabu 3 Januari 2018. Saat kecelakaan terjadi, di atas kapal ada 55 orang, terdiri dari penumpang dan kru. 42 orang berhasil menyelamatkan diri.
Dengan ditemukannya 11 jenazah ini, maka total keseluruhan ada 13 orang yang tewas dalam peristiwa ini. Sebelumnya, dua korban tewas ditemukan.
