Panglima TNI Ajukan Drone Berbasis Satelit untuk Kekuatan AU

Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto.
Sumber :
  • VIVA/Syaefullah

VIVA – Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengungkapkan, kondisi alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI Angkatan Udara belum sesuai dengan kebutuhan. Hal itu disampaikannya saat serah terima jabatan (sertijab) Kepala Staf TNI AU (KSAU) dari dirinya kepada Marsekal Yuyu Sutisna di Lapangan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Jumat, 19 Januari 2018.

Pakai Baret Merah, Momen Prabowo Subianto Hadiri HUT ke-72 Kopassus

"Kita semua menyadari bahwa kondisi alutsista TNI AU saat ini masih belum sesuai dengan kebutuhan untuk mendukung terlaksananya operasi TNI, berdasarkan eksistensi ancaman nyata, ancaman potensial, maupun ancaman hibrida," kata Hadi.

Menurut Hadi, penilaian itu dilihat dari kemajuan perkembangan teknologi pertahanan serta kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan.

19 Pati TNI Naik Pangkat Lebih Tinggi, Ini Daftar Namanya

"Namun, dengan perencanaan pembangunan kekuatan TNI Angkatan Udara yang baik, tentunya secara bertahap akan dapat memenuhi target Minimum Essential Force (MEF)," kata Hadi.

Hadi menyampaikan, proyeksi pembangunan TNI AU diarahkan untuk dapat mencapai "air supremacy" atau "air superiority". Sasaran yang ingin dicapai adalah kekuatan pemukul udara strategis untuk menghadapi dua 'trouble spots" dalam bentuk komposit yang berisi pesawat-pesawat tempur multi-role dari generasi 4,5.

Operasi Perdamaian Dunia, Mabes TNI Akan Kirim 1.025 Prajurit Pilihan ke Kongo

"Selain itu, pembangunan TNI Angkatan Udara juga diarahkan kepada kemampuan mobilitas serta proyeksi kekuatan pada lingkup nasional, regional, dan global," ujarnya.

Ia menambahkan, sistem pertahanan udara juga akan diintegrasikan dengan matra lainnya dalam suatu jaringan bertempur atau 'Network Centric Warfare". Dalam pembangunan kekuatan selanjutnya, Hadi melanjutkan, akan mengaplikasikan konsep berperang dengan Unmanned Combat Aerial Vehicle (UCAV) atau pesawat terbang tanpa awak (drone) yang berbasis satelit.

Untuk dapat menjawab tuntutan tugas tersebut, kata dia, peran strategis Kepala Staf Angkatan Udara dibutuhkan. Dengan kredibilitas dan kinerja serta berbagai pengalaman yang telah didapatkan, Hadi meyakini Marsekal Yuyu Sutisna dapat berperan lebih optimal membawa organisasi TNI AU menjadi semakin baik.

Terkait dengan rencana penambahan alutsista TNI AU, menurut Hadi, kebijakan-kebijakan sesuai rencana strategis (renstra) kedua sudah dibentuk dan disalin dalam bentuk road map renstra 2014 sampai 2019.

"Sudah saya serahkan kepada Marsekal Yuyu sehingga apa yang akan diperbuat dikoordinasi oleh Mabes TNI dan kita lanjutkan ke Menhan dalam hal terkait pemenuhan alutsista. Marsekal Yuyu tinggal melanjutkan kebijakan-kebijakan itu," kata mantan Kadispenau tersebut.

TNI, katanya, masih menunggu kedatangan pengganti pesawat F5 yang hampir 1,5 tahun para penerbang tidak melakukan aksi terbang dengan pesawat tersebut.

"Kita juga melakukan pemenuhan radar yang saat ini baru 20 unit. Dalam renstra kedua ini, kita butuh 12 radar lagi termasuk penambahan pesawat-pesawat transportasi pengganti pesawat hercules. Kami merencanakan pesawat hercules gantikan dengan tipe hercules sama namun tipe akan kita tingkatkan menjadi tipe J," kata Hadi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya