Cak Imin Mengaku Diminta Jadi Capres tapi Tak 'Pede'

Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar (kiri) dalam Forum Silaturahmi Kiai Jakarta dan Depok di kompleks Pesantren Almanar Azhari, Depok, Jawa Barat, pada Kamis, 22 Maret 2018.
Sumber :
  • VIVA/Zahrul Darmawan

VIVA – Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa, Muhaimin Iskandar, mulai buka-bukaan seputar upayanya sebagai calon wakil presiden dalam pemilu tahun 2018.

Prabowo Sowan ke PKB, Disambut Pakai Karpet Merah

Cak Imin (panggilan akrabnya) mula-mula bercerita latar belakang sehingga dia diajukan sebagai calon wakil presiden. Semua berawal ketika PKB memetakan tokoh-tokoh NU dan pesantren yang potensial dimunculkan sebagai calon presiden pada sekira lima bulan lalu.

“Ternyata mandat jatuh ke tangan saya, salah satunya, di antara yang lain meminta saya untuk maju jadi calon presiden,” kata Cak Imin saat berpidato dalam Forum Silaturahmi Kiai Jakarta dan Depok di kompleks Pesantren Almanar Azhari, Depok, Jawa Barat, pada Kamis, 22 Maret 2018.

Hak Angket Makin Gelap, Cak Imin Sebut PKB Berkeinginan Tetap Berjalan

Namun berdasarkan kalkulasi politik, PKB akhirnya menyadari bahwa maju sebagai calon presiden tidak mudah; sedikitnya dua syarat utama harus dipenuhi. Pertama, persentase elektabilitas atau tingkat keterpilihan yang haruslah tinggi. Kedua, syarat pencalonan yang mesti didukung partai politik atau gabungan partai politik dengan jumlah kursi sekurang-kurangnya 20 persen di DPR. Ketiga, didukung dana yang besar.

Dalam hal syarat pertama, Cak Imin menyadari bahwa dia memang kurang dikenal, apalagi sebagai figur calon presiden. "Saya belum pernah sedikit pun menyatakan sebagai capres, pasti orang belum tahu."

Surya Paloh dan Cak Imin Bertemu, Tak Bahas Oposisi atau Koalisi di Pemerintahan Selanjutnya

Syarat kedua pun, dia mengakui, tidak mudah. Sebab PKB hanya meraih 40 kursi atau 7,1 persen di DPR RI. PKB bisa saja berkoalisi dengan partai lain sehingga terkumpul sedikitnya 20 persen kursi di Parlemen. Tapi upaya itu juga bukan perkara mudah.

Syarat ketiga, katanya, malah lebih mendekati mustahil dipenuhi. Sebab dia merasa tak memiliki sumber daya keuangan yang memadai untuk mendanai kampanye dan menggerakkan mesin partai.

Dia mengaku sempat mengobrol dengan sejumlah petinggi partai pengusung calon presiden dan didapat informasi bahwa modal sebagai calon presiden paling sedikit Rp4,5 triliun. "Padahal saya cuma punya seratus juta," katanya.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan itu, dicarilah jalan kompromi: pertama dia harus bersopan santun dengan Joko Widodo yang sedang berkuasa sehingga harus dilakukan penyesuaian keadaan.

“Maka komprominya saya setuju tapi (calon) wakil presiden dulu. Saya baru setuju, gambar (poster dan baliho berisi foto wajahnya) sudah dipasang teman-teman. Saya kira satu-satunya calon wapres yang gambarnya banyak di Indonesia karena teman berpartisipasi sendiri,” katanya.

Cak Imin pun mengaku tak menyangka dalam jangka waktu hanya dua bulan, hasil survei untuk namanya cukup menonjol di antara tokoh-tokoh Islam. “Lalu saya menyadari, baru modal gambar saja surveinya tertinggi, apalagi modalnya Kiai Manarul Hidayat (pemimpin Pesantren Almanar Azhari),” ujarnya, bercanda, lalu disambut tawa hadirin.

“Karena itu saya siap untuk Indonesia, saya siap untuk Ahlussunah wal Jamaah, saya siap untuk pesantren, madrasah, dan seluruh ulama; dengan kesiapan saya itu, bismillah.” (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya