Jelang Kampanye Pilpres, Istilah Kampret dan Cebong Diminta Disetop

Geliat bisnis atribut kampanye Pemilu 2014. (Foto ilustrasi).
Sumber :
  • ANTARA/Yudhi Mahatma

VIVA – Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur La Nyalla Matalitti meminta semua pihak menahan diri untuk tidak saling serang menjelang tahapan kampanye Pemilihan Presiden 2019. Dia mengingatkan agar semua pihak menghindari penggunaan istilah negatif yang berpotensi perkeruh suasana.

Ganjar Ingin Pemilu 2024 Bebas dari 'Cebong-Kampret'

Pernyataan La Nyalla ini disampaikan merespons ricuh saat deklarasi gerakan #2019GantiPresiden hendak digelar di Tugu Pahlawan Surabaya, Jawa Timur, Minggu, 26 Agustus 2018 lalu. Deklarasi dibubarkan karena massa pro dan kontra bergesekan. Suasana tambah memanas setelah muncul ujaran liar 'Banser idiot'.

"Harganya terlalu mahal kalau pilpres ini jadi ajang bullying massal. Saling mengatai satu sama lain. Cukup sudah, jangan lagi ada kata idiot, kampret, atau cebong terlontar di antara sesama anak bangsa," kata La Nyalla kepada wartawan di Surabaya, Jawa Timur, pada Selasa, 28 Agustus 2018.

BRIN: Politik Identitas sedang Tidur Pada Pemilu 2024 tapi Bisa Bangkit Lagi

Menurut dia, tiga istilah tersebut mengemuka dan riuh di dunia maya sejak beberapa tahun lalu. 'Kampret' biasa dilekatkan kepada warganet kubu non-Jokowi. Sementara 'cebong' biasa terjulukkan kepada warganet pendukung Jokowi. Keriuhan ujaran provokatif kian menjadi-jadi setelah kata 'idiot' muncul dari bibir Ahmad Dhani dalam vlognya.

"Saya ngeri bagaimana dampaknya ke anak-anak kita melihat orang-orang dewasa saling teriak kampret, cebong, dan kata-kata kasar lain. Kemarin anak saya yang masih sekolah juga tanya, ‘Pak, ini kenapa sih semua saling ejek?’ Wah, bahaya juga dampak serang-serangan di media sosial ini ke anak-anak kita semua," tuturnya.

Nusron Sebut Prabowo-Jokowi Sudah Bersatu: Tapi, Cebong dan Kampret Tak Mau Bersatu

La Nyalla menambahkan lontaran ejekan tak sesuai dengan ajaran agama. Selain itu, tak sesuai dengan adat ketimuran yang dipegang erat bangsa Indonesia.

"Kita ini manusia, kan, tidak tahu apa-apa. Belum tentu orang yang kita caci, itu lebih jelek dari kita. Bisa saja lebih baik di mata Allah SWT," ujar La Nyalla.

Kemudian, ia mengingatkan pihak yang bersaing harus pandai mengelola perbedaan pendapat di Pilpres dengan dewasa.

"Toh kita ini sebenarnya saudara. Saran saya ini berlaku sama,  baik untuk pendukung Jokowi, Prabowo, atau siapa pun," sebut calon anggota DPD RI itu. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya