Megawati Sebut Kesamaan Gaya Kampanye Prabowo dan Trump

Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri.
Sumber :
  • VIVA/Eduward Ambarita

VIVA – Terpilihnya Donald Trump menjadi Presiden Amerika Serikat ternyata turut diamati oleh Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri.

Sekjen Gerindra Sebut Syarat Utama Bakal Calon Menteri Kabinet Prabowo-Gibran 

Ia melihat karakter Trump yang kerap memicu kontroversi hampir serupa gaya kampanye yang ditampilkan tim pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno saat kampanye. Prabowo bahkan sampai saat ini belum dapat memaparkan program-programnya. 

"Saya bilang kenapa dari pihak sana tidak juga mengatakan ‘program saya adalah ini’, kita belum pernah dengar apa yang akan dilakukan, menjalankan program seperti apa? Saya tidak tahu. Yang selalu dikatakan terus, ini mau meniru Trump," kata Megawati di kantor DPP PDI Perjuangan, Jakarta, Kamis 15 November 2018.

Gerindra Akui Agenda Pertemuan Prabowo dengan Megawati Sedang Disusun

Megawati sempat khawatir, ketika Trump naik menggantikan Barrack Obama. Namun ia lega, dinamika politik negara 'Paman Sam' itu berubah setelah pemilu sela, Partai Republik pengusung Trump di pemilu kalah melawan Partai Demokrat.

Ia menyatakan, kontroversi ala Trump hanya berlangsung sesaat, karena publik akhirnya menyadari pemimpinnya tak banyak membawa perubahan.

Hasto PDIP Jawab Tudingan Jadi Penghambat Pertemuan Jokowi-Megawati

"Ketika Trump terpilih saya bilang waduh gawat nih kalau Amerika begini. Yang disebut-sebut post-truth, sebuah kebenaran yang seolah lewat begitu saja, orang-orang percaya padahal belum tentu kebenarannya," kata dia.

"Amerika ini secara politik cepat berubah. Padahal baru dua tahun. Kenapa? Pemimpin di mana pun sekarang tidak bisa menyentuh nurani rakyatnya," tambahnya.

Megawati yang juga Presiden kelima RI itu pun menyoroti era media sosial semakin berkembangnya hoaks dan ujaran kebencian.

Ia meminta, seluruh pihak termasuk kadernya kalangan milenial memberi pesan-pesan kampanye yang mencerdaskan masyarakat bukan malah memecah belah.

"Apakah ini kita berdemokrasi? Tidak. Ini kan orang di-bully tanpa kehormatan. Bayangkan kayak apa sih rasanya? Apa kalian itu ndak punya, katakan kalau orangtua, kan punya anak istri keluarga, kayak apa ya sakitnya? Coba bayangkan," kata dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya