Saat Prabowo Bandingkan Reuni 212 dengan Aksi Unjuk Rasa di Perancis

Calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto (tengah) dan Fadli Zon (kedua kanan).
Sumber :
  • Twitter.com/@fadlizon

VIVA - Calon Presiden, Prabowo Subianto, menepis isu yang mengatakan bahwa dia merupakan seorang Islam garis keras. Bahkan Prabowo menegaskan, Islam di Indonesia merupakan Islam yang Rahmatan lil 'alamin, bukan ajaran yang radikal yang dilarang oleh agama.

Kubu Prabowo-Gibran Sebut Pemilu Ulang Tak Ada di UU

"Islam kita adalah Islam yang melindungi semua dalam alam semesta. Islam kita bukan Islam yang menebar kebencian. Islam kita ingin sejuk dan damai," kata Prabowo di SICC, Sentul, Jawa Barat, Senin 17 Desember 2018.

Prabowo mengatakan Islam di Indonesia adalah Islam yang menebar kedamaian. Ia membuktikan ucapannya tersebut dengan aksi reusi akbar 212 pada 12 Desember lalu. Saat acara tersebut jutaan orang berkumpul namun tetap tertib dan tidak menimbulkan kerusakan.

Otto Hasibuan: Rakyat Dituduh Pilih Prabowo-Gibran karena Bansos, Ini Sangat Menyakitkan!

"Reuni 212 yag datang belasan juta orang. Dan marilah kita bertanya apakah ada kekacauan? Bahkan rumput aja nggak ada yang diinjek," kata Prabowo.

Mantan Danjen Kopassus ini kemudian membandingkan aksi damai 212 dengan aksi unjuk rasa yang melibatkan massa dalam jumlah besar di Paris, Perancis beberapa waktu lalu. Saat itu massa hanya berjumlah sekitar 40 ribu orang. Namun tidak mampu untuk menjaga ketertiban.

Sidang Lanjutan Sengketa Pilpres 2024, Prabowo-Gibran Bakal Hadir?

"Saudara-saudara sekalian, di Perancis, (unjuk rasa) 40 ribu orang sampai sekarang belum terkendali. Tetapi kita belasan juta orang dapat tertib," kata Prabowo.

Menurut Prabowo, apa yang dilakukan umat Islam pada aksi 212 merupakan suatu prestasi yang luar biasa dan sudah seharusnya menjadi perhatian dunia. Namun, dia menganggap dalam acara tersebut tidak mendapatkan porsi yang cukup di media massa tanah air.

"Yang dateng (aksi 212) 13 juta lebih. Yang aneh bin ajaib banyak sekali media-media kita yang tidak melihat 13 juta orang itu," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya