Ahok Luncurkan Video Alasan Pilih PDIP, Bukan Partai Baru

Mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias BTP menunjukkan kartu keanggotaan PDIP seusai berkunjung ke kantor DPD PDIP Provinsi Bali, Denpasar, Bali
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo

VIVA - Mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau BTP, meluncurkan video yang berisi alasannya bergabung dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDIP.

2 Alasan PDIP Jagokan Ahok Kembali Pimpin Jakarta 2024

Tidak hanya itu, BTP juga menjelaskan panjang lebar kenapa pada Pemilu 2019 ini, dia menolak bergabung ke partai baru, seperti yang pernah dilakukannya dulu.

Video berdurasi 4 menit 57 detik itu diunggah, 'Panggil Saya BTP' pada Sabtu kemarin, 13 April 2019. Dalam kesempatan itu, dia mengajak masyarakat memilih partai yang dipimpin oleh Megawati Soekarnoputri tersebut.

Ayu Thalia Tunjukan Bukti Memar Kaki Diduga Dianiaya Nicholas Sean

"Saya melihat yang paling tepat dan bisa dipercaya untuk Pemilu 2019 ini, hanya Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Karena itu, kalau saudara-saudara percaya kepada saya, mari kita pilih PDI Perjuangan, biarlah PDI Perjuangan ini bisa mencapai 30 persen. Saya akan bekerja keras membantu PDI Perjuangan," kata pria yang akrab juga dipanggil Ahok itu dalam video tersebut, dikutip VIVA, Minggu, 14 April 2019.

BTP menegaskan, Pemilu Serentak 2019 ini bukanlah semata-mata soal perebutan kekuasaan, tetapi soal perjuangan ideologi. Itu sebabnya, BTP memilih PDIP yang sudah teruji dalam mempertahankan ideologi Pancasila.

Jawaban Tegas Ahok Soal Stop Kartu Kredit Pertamina Limit Rp30 M

"Pemilu dan Pilpres 2019, bukan soal bicara soal isi kursi DPR, atau bicara soal emosi, menuduh partai lama seolah-olah tidak bisa membangun negeri ini. Tapi ini bicara soal ideologi, tentang bagaimana Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI, dipertahankan untuk negeri ini," ujarnya.

BTP memberi perhatian khusus pada kemunculan partai baru pada Pemilu 2019, yang merasa paling bersih dan merasa paling bisa membangun Indonesia. Menurut BTP, hal itu juga pernah dia lakukan saat bergabung dengan Partai Perhimpunan Indonesia Baru (PIB) pada 2004.

"Banyak juga orang-orang yang mengatakan, seolah-olah mereka paling bersih, paling bisa membangun negeri ini, dan (mengatakan) semua partai-partai lama tidak memungkinkan. Itulah saya di tahun 2004," kata BTP.

Kala itu, BTP bercerita, dia merasa semua parpol tidak ada yang beres. Oleh karenanya, dia bergabung dengan Partai PIB.

"Lalu, apa hasilnya? Kami hanya mengambil suara dari PDI Perjuangan," kata BTP tentang perolehan suara Partai PIB yang tidak sampai satu persen.

"Saya tidak mau ulangi kesalahan saya waktu bergabung PIB, karena itu mari ini saatnya kita menangkan PDI Perjuangan ini di atas 30 persen," ujar BTP.

Ujian Kekuasaan

Soal partai baru, BTP lebih jauh mengutip ucapan Presiden ke-16 AS Abraham Lincoln yakni, "Kalau mau uji karakter seseorang, kasih dia kekuasaan."

"Kalau ada orang yang teriak-teriak ngoceh macem-macem, dia belum pernah merasakan kekuasaan, eh nanti dulu, Anda belum teruji. Kalau teruji itu karakternya harus teruji," kata BTP.

BTP mengontraskan mereka yang belum teruji dengan kekuasaan itu dengan dirinya yang sudah pernah mengenyam berbagai jabatan. Mulai dari anggota DPRD, bupati, anggota DPR RI, wakil gubernur sampai gubernur.

"Saya harus ngomong dengan jelas, saya teruji dengan kekuasaan," tegas BTP.

Karena itu, kata BTP, ketika dirinya bergabung ke PDIP, Ketua Umum Megawati Soekarnoputri ingin agar ujian kekuasaan BTP itu diceritakan kepada kader-kader banteng moncong putih sampai tingkat bawah.

"Beliau (Megawati) ingin suatu perubahan. Beliau ingin saya keliling Indonesia, membagikan kebijakan yang pernah saya buat kepada anggota DPRD, kepada seluruh pengurus DPD, kepada kader-kader daerah PDI Perjuangan seluruh Indonesia," katanya.

Menurut BTP, jika Presiden Jokowi terpilih kembali untuk lima tahun ke depan, pemerintahan berikutnya harus didukung oleh partai nasionalis yang kuat. Ini semata-mata, demi memperkuat empat pilar pondasi kebangsaaan yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika.

"Walaupun saya bukan siapa-siapa lagi, tidak ada lagi karier di politik, tidak bisa jadi apa-apa lagi, mari kita berjuang bersama, menghasilkan PDI Perjuangan menguasai kursi 30 persen di DPR RI, dan di seluruh Indonesia, sehingga kita bisa sama-sama membangun Indonesia. Bukan untuk saya, bukan untuk siapa-siapa. Ini untuk anak cucu kita, untuk negeri kita," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya