Presidium 212 Tidak Tertarik Politik Nasi Goreng Prabowo - Megawati

Megawati Soekarnoputri Bertemu Prabowo Subianto
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

VIVA – Front Pembela Islam atau FPI yang masuk dalam bagian Presidium Alumni 212, memastikan bahwa gerakan yang dilakukan dengan mendukung Prabowo dan Sandiaga Uno, dilakukan untuk mendorong kebaikan tata nilai dan bukan gerakan perebutan kekuasaan.

Penampilan Makin Sopan, Nikita Mirzani Ternyata Diawasi Rizky Irmansyah

"Kita hanya salah satu elemen saja, FPI meletakkan gerakan yang mendorong kepada kebaikan tata nilai, bukan perebuatan kekuasaanya," kata Sekjen FPI, Munarman saat program ILC tvOne, Selasa 30 Juli 2019.

Saat memutuskan pilihan untuk mendukung Prabowo dan Sandiaga, FPI dalam hal ini Presidium 212, menawarkan 17 syarat dalam pakta integritas. Isinya penuh dengan agenda, perbaikan kondisi struktural bangsa ini.

Yusril Sindir Mahfud soal Narasi dan Petitum Gugatan Sengketa Pilpres Tak Sejalan

"Misalnya, ketimpangan kondisi ekonomi, agar tidak ada satu sumber daya ekonomi, yang berputar hanya di 0,1 persen dari pemegang kendali ekonomi," katanya.

Munarman juga menyampaikan, tidak tertarik dengan persoalan bagi-bagi kekuasaan. Karena, sejak awal ingin memperjuangkan keadilan. Pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945, yang salah satunya adalah soal keadilan sosial.

Rumor Ganjar Ditawari jadi Menteri Prabowo, Gibran: Yang Nawari Siapa?

"Kita tidak tertarik dengan soal politik nasi goreng dan politik nasi uduk 'ada di Gondangdia, yang enak'. Gerakan politik 212 itu, bukan merupakan gerakan politik fans club. Bukan menokohkan seseorang, tetapi menawarkan agenda," katanya.

Kembali disampaikan Munarman, Presidium 212 tidak terlalu memikirkan soal aktor politik, tetapi tetap fokus pada agenda bangsa ke depan. Karena itu, pertemuan antara Prabowo dan Jokowi dan Prabowo dengan Megawati, merupakan sesuatu yang wajar.

"Bila aktor politik melakukan pertemuan setelah kompetisi selesai, tidak aneh, tidak istimewa, itu realitas politiknya," ujarnya.

Katanya, tidak bisa dipungkiri, memang ada pendukung Prabowo yang sedih, karena banyak dari mereka yang mendukung secara personaliti, keterikatan karakternya, karena tidak bisa memilih pilihan yang lain, sampai yang memiliki agenda, tetapi hal itu tidak dapat disamakan.

"212 meletakkan diri sebagai pendukung yang melek agenda, bagaimana bangsa diperbaiki. Ada yang kecewa, soal banyak atau tidak, itu soal angka, statistik saja. Kita meletakkan perjuangan pada angenda, bukan orang dan personaliti," katanya.

Disampaikan Munarman, pertemuan Prabowo dan Jokowi, juga dengan Megawati sudah diprediksi jelang putusan sengketa pilpres di Mahkamah Konstitusi (MK). Karena itu, Presidium 212 tidak terlalu kaget.

"Kita sudah tahu, kita tidak terlalu kaget, tahu sejak awal," katanya.

Lalu, apakah Presidium 212 akan meninggalkan Prabowo? Munarman menegaskan bahwa tidak ada bahasa meninggalkan dalam hal ini. Karena, sejak awal tidak ada konteks tinggal meninggal.

"Sejak awal kita tidak pernah konteks tinggal meninggal, tetapi membangun kerja sama membangun bangsa ini," katanya. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya