7 Fakta Menarik Tentang Gus Sholah

Pengasuh Pesantren Tebu Ireng Jombang, Salahuddin Wahid alias Gus Solah, di Posko Pemenangan Khofifah-Emil Dardak di Jalan Gayungsari Barat Surabaya, Jawa Timur, pada Senin, 22 Januari 2018.
Sumber :
  • VIVA/Nur Faishal

VIVAnews - Indonesia berduka. Salah satu tokoh penting, dan juga seorang kiai yang dihormati, Salahuddin Wahid alias Gus Sholah, meninggal dunia pada Minggu, 2 Februari 2020, pukul 20:55 WIB. Gus Sholah meninggal di Rumah Sakit Harapan Kita, Jakarta, akibat sakit jantung.

Jenazah Gus Sholah dimakamkan di kompleks pemakaman keluarga di Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang, Jawa Timur, Senin, 3 Februari 2020, sekitar pukul 14.30 WIB. Dilaporkan bahwa mendung tipis dan rintik hujan mengiringi proses pemakaman adik kandung Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid alias Gus Dur tersebut.

Gus Sholah lahir di Jombang, 11 September 1942. Dia meninggal dalam usia 77 tahun. Selama kehidupannya, banyak yang sudah dilakukan almarhum baik untuk masyarakat, agama, dan juga negara.

Berikut fakta menarik mengenai Gus Sholah, putra ketiga dari enam bersaudara pasangan Wahid Hasyim dengan Sholichah seperti dikutip dari situs laduni.id:

1. Guru SD-nya Ada yang Jadi Aktivis Komunis

Pada tahun 1947, Salahuddin pindah ke Tebuireng, menyusul wafatnya Hadratus Syekh Kiai Hasyim Asy’ari yang digantikan oleh ayahnya, Wahid Hasyim. Selanjutnya pada awal tahun 1950, ketika ayahnya diangkat menjadi Menteri Agama, Salahuddin ikut pindah ke Jakarta.

Pendidikan dasarnya ditempuh di SD KRIS (Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi), di mana para gurunya banyak yang menjadi anggota pergerakan, termasuk orang-orang komunis. Pengalaman di sekolah ini membuatnya terbiasa hidup di lingkungan yang heterogen sehingga terbiasa menghadapi perbedaan.

2. Menikah dengan Sesama Anak Menteri Agama

Pada tahun 1968, pemuda Salahuddin menikah dengan Farida, putri mantan Menteri Agama, Syaifudin Zuhri. Pernikahan ini cukup unik, karena keduanya sama-sama anak mantan Menteri Agama. Padahal di sini tidak ada unsur kesengajaan. Salahuddin terlebih dahulu mengenal (calon) istrinya sebelum mengenal (calon) mertuanya. Ia tertarik dengan Farida meskipun saat itu belum tahu bahwa Farida adalah putri mantan Menteri Agama.

Setelah pernikahan tersebut, kuliah Salahuddin sempat terhenti cukup lama, dan baru aktif kembali pada tahun 1977. Ia dapat menyelesaikan studinya pada tahun 1979.

Dari pernikahan ini, pasangan Salahuddin Wahid-Farida dikaruniai tiga orang anak yaitu Irfan Asy’ari Sudirman (Ipang Wahid), Iqbal Billy, dan Arina Saraswati.

3. Pernah Berpolemik dengan Sang Kakak, Gus Dur

Pada tahun 1998, Gus Sholah memanfaatkan waktunya membaca buku sekaligus mulai menulis. Sejak tahun 1993, dia menjadi pimpinan redaksi majalah Konsultan. Setelah itu aktif menulis di harian Republika, Kompas, Suara Karya, dan lain sebagainya.

Tulisan-tulisannya banyak menyoroti berbagai persoalan yang sedang dihadapi umat dan bangsa. Pemikiran-pemikiran dan gagasan-gagasannya seringkali berbeda dengan kakak kandungnya, Gus Dur. Bahkan ia pernah berpolemik dengan Gus Dur tentang hubungan agama dan negara di harian Media Indonesia.

4. Masuk ke Partai Politik

Momen Ketua MK Semprot Kuasa Hukum KPU yang Puji-puji Hasyim Asy'ari

Jika Gus Dur dinilai anti ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia) karena sering mengkritik lembaga ini, maka Gus Sholah bersikap sebaliknya. Ia justru masuk menjadi anggota ICMI, bahkan pernah terpilih menjadi Anggota Dewan Penasehat ICMI sejak 1995 hingga 2005. Lalu pada tahun 2000, terpilih menjadi Ketua MPP ICMI periode 2000-2005. Keanggotaannya di ICMI membuat Gus Sholah semakin dekat dengan dunia politik.

Sejak bergulirnya era reformasi, keterlibatan Gus Sholah dalam bidang politik semakin intens. Pada tahun 1998 ia ditawari menjadi Sekjen PPP dengan calon Ketua Umum, Amien Rais. Akan tetapi rencana itu gagal karena Amien Rais menolak dan memilih mendirikan partai sendiri (PAN). Setelah itu ia bergabung dengan Partai Kebangkitan Umat (PKU), dan menjadi Ketua Dewan Pimpinan Pusat serta Ketua Lajnah Pemenangan Pemilu PKU. PKU adalah partai yang didirikan oleh Kiai Yusuf Hasyim.

Jokowi Adakan Buka Puasa Bersama Menteri di Istana

5. Jadi Ketua PBNU

Pada September 1999, Gus Sholah mengundurkan diri dari PKU. Lalu pada Muktamar NU ke-30 di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Gus Sholah ikut maju sebagai salah seorang kandidat Ketua Umum PBNU.

Rumor Ganjar Ditawari jadi Menteri Prabowo, Gibran: Yang Nawari Siapa?

Gus Sholah kemudian terpilih sebagai salah satu ketua PBNU periode 1999-2004. Pada Muktamar NU tahun 2004 di Solo, Gus Sholah yang ditawari kembali menjadi ketua PBNU menolak tawaran tersebut.

Keterlibatan Gus Sholah di NU sebenarnya sudah dimulai sejak lama. Pada tahun 1977 ia bersama aktivis muda NU membentuk ”Kelompok G” yang kelak menjadi cikal bakal tim yang mempersiapkan materi kembalinya NU ke Khittah 1926. Namun keterlibatan itu baru diketahui publik sejak tahun 1990-an, dan semakin intens sejak tahun 2000-an.

6. Jadi Wakil Ketua Komnas HAM

Pada akhir tahun 2001, Gus Sholah didaftarkan oleh adik iparnya, Lukman Hakim Syaifudin, sebagai calon anggota Komnas HAM. Meskipun dengan persiapan sekedarnya, ia berhasil lolos dalam uji kelayakan (fit and proper test), sehingga terpilih sebagai salah satu dari 23 anggota Komnas HAM periode 2002-2007. Pada saat yang sama, Gus Sholah terpilih sebagai Wakil Ketua II Komnas HAM.

Selama berkiprah di Komnas HAM, Gus Solah sempat memimpin TGPF (Tim Gabungan Pencari Fakta) untuk menyelidiki kasus Kerusuhan Mei 1998 (Januari-September 2003), kemudian Ketua Tim Penyelidik Adhoc Pelanggaran HAM Berat kasus Mei 1998, Ketua Tim Penyelidikan Kasus Pulau Buru, dan lain sebagainya. Sejak saat itu popularitasnya semakin menanjak.

7. Jadi Cawapres

Ketika sistem pemilihan presiden dan wakil presiden dilakukan secara langsung, Gus Sholah dipinang Golkar untuk maju sebagai cawapres berpasangan dengan Wiranto. Deklarasinya dilakukan di Gedung Bidakara, Jakarta, Selasa 11 Mei 2004.

Ini merupakan babak baru dari perjalanan karir politiknya. Untuk menunjukkan keseriusannya sebagai Cawapres, Gus Sholah mengundurkan diri dari Komnas HAM dan PBNU.

Sayang sekali, pasangan Wiranto-Gus Sholah tersebut gagal di putaran pertama. Mereka kalah dari pasangan SBY-JK, dan Megawati-Hasyim Muzadi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya