Filosofi Tangan Terbuka Anies Baswedan

Anies Baswedan dan Sandiaga Uno.
Sumber :
  • ANTARA/ Hafidz Mubarak A.

VIVA.co.id – Calon Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan menyoroti peristiwa Sumpah Pemuda yang akan jatuh pada 28 Oktober nanti. Anies mengatakan, Sumpah Pemuda menjadi menarik karena menjadi simpul pertama persatuan bangsa Indonesia.

Kubu Prabowo-Gibran Sebut Pemilu Ulang Tak Ada di UU

"Kemudian kesepakatan memiliki bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Melalui bahasa Indonesia ini kita bisa berinteraksi dengan siapa saja dan ini simpul yang luar biasa," kata Anies ketika ditemui di kantor Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Senayan, Jakarta, 26 Oktober 2016.

Dia mengaku bersyukur para perwakilan pemuda saat itu memutuskan untuk membuat fondasi yang kuat. Tantangan ke depan menurutnya adalah merawat kebhinekaaannya dan persatuannya.

Kubu Anies Tuding Pencalonan Gibran Tidak Sah, KPU: Mengada-ngada

"Dan itu yang akan kita gunakan dalam berkampanye sekarang. Kenapa kita memilih gunakan tangan terbuka, karena memang menyapa, menyambut dan menghormati dengan tangan terbuka," ujar Anies.

Anies mengatakan sudah cukup mengepalkan tangan. Menurutnya, mengepalkan tangan hanya membuat pihak lain ikut mengepalkan juga.

Menkopolhukam Minta Semua Pihak Hormati Langkah Kubu Anies dan Ganjar Gugat Hasil Pemilu ke MK

"Sudah cukup kita mengepal, karena kepalan tak mengantarkan persahabatan, tetapi malah mengantarkan kepalan-kepalan baru," kata Anies.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Fraksi PKS, Jazuli Juwaini juga menekankan pentingnya pengokohan nilai-nilai nasionalisme Indonesia. Dia melihat ada gejala dimana karakter dan identitas kebangsaan mulai luntur, terutama di kalangan generasi muda.

"Saya menilai penyebabnya ada dua. Pertama, faktor internal karena lemahnya internalisasi nilai-nilai kebangsaan. Dan kedua, karena faktor eksternal, yakni kuatnya pengaruh ideologi liberal dan individualisme sebagai dampak dari globalisasi," kata dia.

Jazuli mengatakan, semangat kepeloporan pemuda berhasil membangun konsensus kebangsaan. Konsensus itu katanya yang melahirkan persatuan dan kesatuan Indonesia.

"Pemuda dari berbagai daerah dengan latar belakang yang berbeda-beda bersatu untuk masa depan Indonesia. Semangat persatuan ini yang harus kita teladani," ujar Jazuli.

(mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya