- Bandung.go.id
VIVA.co.id - Posisi Ridwan Kamil, Wali Kota Bandung, sebagai kandidat gubernur Jawa Barat, dianggap dilematis bagi partai politik. Di satu sisi, Ridwan memang memiliki popularitas dan elektabilitas tinggi, namun di lain sisi partai politik waswas mencalonkannya karena sang wali kota menolak menjadi kader partai mana pun.
Menurut Guru Besar Ilmu Komunikasi Politik Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, Karim Suryadi, sikap Ridwan itu justru kian dijauhi partai politik, sedangkan sang wali kota membutuhkan dukungan partai yang cukup sebagai kendaraan menuju pencalonan.
Sebagian besar partai politik pun, kata Karim, belajar dari banyak pengalaman, misalnya, orang yang memenangkan Pilkada melalui partai politik dan telah menjabat kepala daerah, di kemudian hari justru menyerang atau melawan partai.
"Parpol belajar dari pengalaman, mendukung calon bukan kader seperti memelihara anak singa," kata Karim di Bandung pada Rabu 2 Agustus 2017.
Jika komunikasi personal dengan partai semakin tidak ketemu, namun dipaksakan atas dasar ambisi kemenangan, justru akan berdampak buruk. "Jika chemistry tidak dapat, kian lama dan besar, calon yang diusung belum tentu masuk kandang," ujarnya.
Berdasarkan situasi politik termutakhir dengan sikap sebagian besar partai yang politik cenderung menjauhi Ridwan, Karim menyarankan, wali kota ini melanjutkan kepemimpinannya di Bandung, membatalkan hasrat mencalonkan gubernur Jawa Barat. Lagi pula, dukungan warga Kota Bandung masih cukup besar.
"Pilihan Ridwan Kamil untuk kembali memimpin Kota Bandung lebih besar ketimbang maju dalam Pilgub (Pemilihan Gubernur Jawa Barat). Ini tentu saja, soal modal dukungan yang dikantongi," katanya. (asp)