Popularitas dan Elektabilitas Bisa Bikin Partai Mati

Ilustrasi bendera partai-partai politik beberapa waktu lalu.
Sumber :
  • Antara/ Fanny Octavianus

VIVA.co.id - Koordinator Komite Pemilih Indonesia (TePI), Jeirry Sumampouw menilai, popularitas dan elektabilitas seorang tokoh saat ini lebih penting untuk mengusung calon kepala daerah meskipun yang diusung bukan kader partai yang bersangkutan. Hal ini dinilai akan mematikan partai politik.

Siap-siap Gaduh Gara-gara Reshuffle Kabinet

"Sekarang popularitas dan elektabilitas jadi dua kata penting tentukan calon yang diusung. Ketiga baru uang," kata Jeirry dalam diskusi di D'hotel, Jakarta, Rabu 8 November 2017.

Menurut dia, sebenarnya ada kewajiban partai politik melakukan penggalangan aspirasi dari bawah. Tapi hampir di semua pilkada, yang diusulkan cabang dimentahkan DPP. Misal seperti Golkar dalam Pilkada Jawa Barat yang enggan mengusung kadernya, Dedi Mulyadi.

Ketua Jokowi Mania Masuk Partai Golkar?

"Policy partai seperti itu matikan aspirasi di bawah. Partai bukan menjadi tempat orang berorganisasi dan berakselerasi untuk kepentingan ideologisnya. Tapi hanya sebagai alat perjuangan mencapai kekuasaan," kata Jeirry.

Dampak dari fenomena partai yang tak mengusung kadernya, ia khawatir orang tak lagi menganggap penting berlama-lama di partai untuk dijadikan karir. Sebab, calon kepala daerah bisa diusung karena pertimbangan tertentu seperti materi dan popularitas.

Parpol Diingatkan Tak Usung Eks Pengguna Narkoba di Pilkada

"Kecenderungan seperti ini akan mematikan partai. Rakyat juga akan makin jauh dari pikiran mereka. Sebab partai hanya mementingkan elektabilitas dan ingin berkuasa untuk mendapatkan keuntungan." (mus)

Pengacara dan anggota DPR dari PDIP, Henry Yosodiningrat.

Ketum Granat: Partai Jangan Usung Mantan Pecandu Narkoba di Pilkada

Mantan pecandu narkoba berpotensi kambuh.

img_title
VIVA.co.id
4 Juli 2020