- VIVA.co.id/Satria Permana
VIVA - Ada yang unik di pernikahan Bobby Afif Nasution dan Kahiyang Ayu pada Rabu, 8 November 2017. Selain Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Said Aqil Siradj, yang memberikan khutbah nikah, lalu Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir yang membacakan doa, juga Wakil Presiden Jusuf Kalla menjadi saksi, masih ada satu tokoh yang sedikit luput dari perhatian media, yakni Jenderal Purnawirawan Moeldoko.
Mantan Panglima TNI tersebut dipercaya Presiden Joko Widodo mewakili keluarga untuk menyampaikan sambutan pada resepsi pernikahan Bobby-Kahiyang. Apakah memiliki makna politik? Apalagi isu reshuffle atau perombakan kabinet masih belum hilang hingga kini.
"Karena yang punya gawe mantu adalah presiden, maka acara pun akan ditarik ke perspektif politik," kata Peneliti Senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro saat berbincang dengan VIVA, Kamis, 9 November 2017.
Apalagi, lanjut dia, saat ini muncul info tentang akan adanya reshuffle kabinet yang sebenarnya lama disuarakan tapi terkesan ditunda-tunda. Hal itu yang menyebabkan munculnya berbagai spekulasi dan kalkulasi-kalkulasi politik akhir-akhir ini.
"Masuk tidaknya Moeldoko ke dalam kabinet bisa jadi tinggal menunggu waktu saja," ujar Siti.
Moeldoko merupakan Panglima TNI sebelum Jenderal Gatot Nurmantyo. Dalam sambutan di pernikahan Bobby-Kahiyang, dia menyebut resepsi pernikahan kedua mempelai itu digelar di Istana Hati.
"Sengaja, saya menyebut istana hati, karena perhelatan malam ini mampu membuat semua pihak senang hati," katanya.
Moeldoko mengatakan pernikahan itu disiapkan dan direncanakan secara sederhana namun dilaksanakan dengan rasa hormat dan cinta. Dia menuturkan sejak kirab, midodareni, akad nikah sampai resepsi malam ini, alam ikut memberi restu.
"Alhamdulillah respons rembulan malam ini pun bersinar dengan sungguh baik dan terang. Sebaik hati undangan yang datang ke tempat ini," katanya.
