Gerakan Alumni 212 Bisa Pengaruhi Pilpres 2019

Reuni Akbar 212 di Monas pada 2 Desember 2017.
Sumber :
  • REUTERS/Beawiharta

VIVA - Alumni aksi 212 menggelar kegiatan di Lapangan Monas hari Sabtu, 2 Desember 2017 lalu. Gerakan mereka dinilai tidak lepas dari politik.

Reuni Alumni 212 di Masjid Az-Zikra, Wagub DKI Puji Sikap Panitia

"Ya tentu saja saya melihat itu sebagai gerakan politik. Itu reaksi atas kebijakan pemerintah yang tidak pro umat Islam seperti Perpu Ormas, umat Islam terluka," kata Pengamat politik, Adi Prayitno, dalam perbincangan di tvOne, Senin, 4 Desember 2017.

Adi mengatakan aksi tersebut membuat umat Islam di luar NU dan Muhammadiyah menjadi diperhitungkan. Apalagi, mereka berhasil menumbangkan Basuki Tjahaja Purnama di Pilkada DKI Jakarta.

Wagub Riza Minta Reuni Alumni 212 Ditunda, Ini Alasannya

"Mereka melakukan reinkarnasi di pilkada serentak ataupun pemilu serentak 2019," kata dia.

Adi menyebut gerakan alumni 212 juga memunculkan lagi istilah muslim tanpa masjid yaitu mereka yang belajar agama bukan dari pesantren-pesantren tradisional.

Tolak Izin Reuni 212, Pengelola Monas: Sesuai Arahan Gubernur

"Saya memantau dari jauh. Saya ingin menjelaskan muslim tanpa masjid, merujuk pada komunitas muslim perkotaan. Mereka belajar Islam dari video, film, seminar-seminar kampus. Beda dengan NU dan Muhammadiyah," ujarnya.

Adi mengingatkan mereka bisa mendongkel kekuasaan partai-partai atau politisi-politisi yang mendukung penista agama pada Pemilu 2019. Karena gerakan mereka tidak hanya membela Islam, atau bela ulama tapi menciptakan common enemy yakni partai-partai yang tidak ramah dengan umat Islam.

"Jemaah 212 bisa ke semua capres. Tergantung komunikasi yang dibangun apakah mendukung umat Islam atau tidak," tutur dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya