Pertemuan Haru Pemain Timnas U-16 dengan Orang Tuanya

Trio timnas Indonesia U-16, Fathur Rahman, Bagus Kahfi dan M Supriadi
Sumber :
  • instagram.com/pssi__fai/

VIVA – Air mata Kalsum tumpah saat melihat putranya, M Supriadi pulang ke rumah di Kedung Asem, Rungkut, Surabaya, Minggu 12 Agustus 2018. Berulang kali, perempuan paruh baya itu menciumi dan memeluk pemain Timnas U-16 itu. 

Nova Arianto Terapkan Gaya Permainan Shin Tae-yong di Indonesia U-16

Kerinduan mendalam bercampur rasa bangga tampak pada wajah Kalsum yang masih terlihat sembab seperti terlalu banyak menangis. Maklum, sudah sekitar setahun ini Supriadi tak pulang karena bergabung dalam Timnas Indonesia U-16. 

Rumah Supriadi yang berada di Kedung Asem, Rungkut, Surabaya, sebenarnya tidak jauh dari Sidoarjo, tak lebih dari satu jam perjalanan.  Namun, baru Minggu 12 Agustus 2018, pagi tadi, Supriadi diijinkan pulang setelah membawa Timnas Indonesia menjadi juara Piala AFF U-16. 

Nova Arianto Pimpin Timnas Indonesia U-16 di Piala AFF, Panggil 32 Pemain untuk TC

Kepulangan Supriadi juga tak bisa lama, sekitar tiga jam. Datang sekitar pukul 05.00 WIB, Supriadi harus kembali ke Sidoarjo bergabung kembali  dengan skuat Timnas U-16, pukul 09.30 WIB.

"Kangen banget sama emak (ibu), baru sekarang bisa bertemu, " ujar Supri. 

PSIS Semarang Dipastikan Terusir dari Kandang Hingga Liga 1 2023/2024 Berakhir, Ini Penyebabnya

Meski pertemuan singkat, Supri mengaku sudah lega bertemu ibunya yang dipanggil emak itu. Pesan dan doa ibunya akan terus diingat. 

"Emak bilang kalo selamat buat kemenangan tim, sehat-sehat dan panjang umur, semoga cita-citanya terkabul," ujar Supri menirukan ucapan ibunya. 

Supri sendiri lahir dari keluarga sederhana. Ibunya, Kalsum seorang pedagang nasi dan minuman di sebuah warung dekat Lapangan Rungkut, tempat Supriadi bermain sepakboka semasa kecil. 

Hidup dalam kondisi ekonomi terbatas, Supri tak pernah minder meraih cita-citanya menjadi pemain sepakbola, meski harus memakai sepatu bola murah. 

"Dulu memang pernah saya tangisi karena sepatu bolanya cuma berharga 30 ribu. Saya cuma bisa membesarkan hatinya, gak apa-apa sepatunya jelek yang penting mainnya bagus dan cetak gol terus, " kenang Kalsum. 
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya