- the-AFC.com
VIVA – Indonesia tak pernah kehilangan talenta muda berbakat. Banyak pesepakbola muda di Indonesia yang sebenarnya mampu bersaing dalam level tertinggi kawasan Asia hingga Eropa.
Buktinya sudah banyak. Dan, teranyar adalah Egy Maulana Vikri yang sedang menimba pengalaman di Lechia Gdansk.
Tapi, tak sedikit pula talenta muda Indonesia yang menghilang bak ditelan bumi. Biasanya, mereka kehilangan sentuhannya dan tak terpakai saat memasuki level profesional.
Pelatih Timnas Indonesia U-16, Fakhri Husaini, punya pendapat terkait fenomena tersebut. Menjadi media darling, merupakan salah satu virus mematikan bagi pemain muda.
Banyak orang, hingga media, memberikan pujian setinggi langit, bahkan melebihi kemampuan pemain tersebut. Kita semua juga bisa melihat dan mendengar saat ada komentator di Tanah Air menyebut atau menyamakan pemain muda Indonesia dengan bintang-bintang Eropa.
Tak ada yang salah, namun patutnya perlu dipertimbangkan terkait dampak dari penyematan julukan itu kepada pemain muda yang dimaksud.
"Popularitas memang tak bisa dibendung. Saat mereka berprestasi, saya tak bisa melarang wartawan untuk memberitakan mereka. Apalagi, di medsos, warganet bisa melakukan apa saja. Orang bisa memuji apa saja saat kami menang. Tapi, orang bisa juga bereaksi berbeda saat kami tampil tidak sesuai dengan keinginan mereka," kata Fakhri, Rabu 3 Oktober 2018.
Pujian, sebenarnya diakui Fakhri, wajar diterima pemain muda jika tampil bagus. Hanya saja, Fakhri meminta sifatnya tak berlebihan.
"Indonesia sudah terlalu banyak kehilangan pemain muda ketika pujian yang diberikan media melebihi kemampuannya," ucap Fakhri. (one)