Waktu Makin Sempit, Klub Liga 1 Terjepit

Ilustrasi pertandingan Liga 1
Sumber :
  • https://www.instagram.com/aremafcofficial/

VIVA.co.id – Proses verifikasi klub-klub Liga 1 guna mendapatkan lisensi Federasi Sepakbola Asia (AFC) pada 31 Juli 2017 akan masuk dalam proses final. Mereka wajib memenuhi standar yang telah ditetapkan guna mendapatkan pengakuan sebagai klub profesional.

Hasil Liga 1: Bhayangkara FC Pesta Gol, Duel Dewa United vs Madura United Dihentikan

Departemen Lisensi Klub PSSI sudah bergerak ke beberapa klub untuk memberi informasi mengenai hal apa saja yang mesti dipenuhi. Namun, respons yang didapat beragam, karena ada beberapa klub yang mengaku menyerah.

"Memang sampai sekarang ada beberapa klub yang menyampaikan dalam tanda petik menyerah untuk ikut proses lisensi ini," tutur Direktur Departemen Lisensi Klub PSSI, Tigor Shalomboboy, kepada VIVA.co.id, Senin 10 Juli 2017.

Keluar dari Zona Degradasi, Arema FC Fokus Tatap 2 Laga Sisa

Akan tetapi, pihaknya masih akan menunggu hingga tenggat waktu yang telah ditetapkan. Dari sana, proses verifikasi akan kembali dijalankan guna mengecek kebenaran data yang dikirimkan klub-klub.

Lisensi klub AFC amat dibutuhkan oleh klub Liga 1, terlebih bagi mereka yang bisa mengakhiri musim dengan finis di tiga besar klasemen. Sebab, klub Indonesia diberi jatah oleh AFC untuk tampil di kompetisi Asia.

PSS Sleman Lupakan Tren Negatif demi Jauhi Zona Degradasi

Rinciannya, mereka yang menjadi juara akan ikut dalam kualifikasi Liga Champions Asia. Sedangkan posisi kedua dan ketiga akan langsung masuk ke fase grup Piala AFC. Andai tidak bisa mendapatkan lisensi klub AFC, maka mereka harus memberikan jatah tersebut ke klub lain yang lebih pantas.

Selanjutnya... Masalah yang Dihadapi Klub Liga 1

Masalah yang Dihadapi Klub Liga 1

Untuk mendapatkan lisensi AFC, setiap klub minimal harus memenuhi syarat 34 item yang masuk dalam lima kriteria, yakni, sporting, infrastruktur, legal, personil, administratif, dan finansial. Dari 18 klub Liga 1, masalah yang dihadapi bermacam-macam.

AFC sendiri melakukan beberapa perubahan terkait syarat lisensi klub. Mutu pelatih yang semula minimal lisensi B untuk asisten utama kini ditingkatkan menjadi A. Ini menjadi masalah baru, mengingat di Indonesia tidak banyak yang memilikinya.

"Pelatih itu tidak ada toleransi karena asisten pelatih harus punya lisensi A juga. Jadi klub harus aware terhadap itu, kalau tidak ada ya mau gimana lagi," ungkap Tigor.

Merespons syarat baru tersebut, PSSI langsung bergerak cepat. Pada 5 Agustus 2017 mendatang, mereka akan menggelar kursus kepelatihan lisensi A AFC. Terakhir kali Indonesia mengadakan kursus ini adalah 2005 silam.

Tak main-main, PSSI juga turut memberi subsidi kepada para peserta kursus. Sehingga mereka tidak perlu merogoh kocek terlalu dalam untuk meningkatkan mutu kepelatihan.

Wakil Ketua Umum PSSI, Joko Driyono bahkan berani membandingkan total subsidi yang diberikan pihaknya dibanding negara tetangga, seperti Malaysia. Hal ini dilakukan demi menambah populasi pelatih berkualitas di Tanah Air.

"Ada dong (subsidi). Teman-teman coba bikin statistik berapa (subsidi) di kita dan berapa di Malaysia. PSSI beri lebih dari 50 persen total pembiayaan," ujar pria yang akrab disapa Jokdri tersebut.

PSM Makassar sebagai pemuncak klasemen sementara Liga 1, yang berpeluang finis di tiga besar juga mengalami masalah lisensi kepelatihan. Saat ini, mayoritas asisten pelatih yang ada dalam tim baru memiliki lisensi C.

"Kami akan mencari tahu informasi kapan lagi ada kursus peningkatan kepelatihan. Di kami hampir semua C AFC, kalau ada dalam waktu dekat kita akan sekolahkan pelatih kita di sana," ujar Chief Executive Officer PSM, Munafri Arifuddin kepada VIVA.co.id, Senin 10 Juli 2017.

Selanjutnya... Ke Kompetisi Asia, PSM Jadi Musafir

Ke Kompetisi Asia, PSM Jadi Musafir

Masalah pelik kedua kaitannya dengan infrastruktur. Stadion kandang wajib memiliki fasilitas yang memadai, mulai dari kualitas lapangan, keamanan tribun, hingga penerangan. Dan sulitnya bagi klub Liga 1, mereka harus berkoordinasi dengan pemerintah setempat sebagai pengelola stadion.

Dan lagi-lagi, PSM menjadi klub yang mengalami hambatan besar terkait dengan syarat ini. Mereka bahkan sudah berani mengambil ancang-ancang siap menjadi tim musafir andai sukses melangkah ke kompetisi Asia musim depan.

Diakui Munafri, Stadion Andi Mattalatta masih jauh dari kata ideal. Dari sisi kapasitas saja mereka sudah tertinggal jauh. Kemudian juga masalah penerangan, dan fasilitas pendukung lainnya.

"Kita akan pakai Stadion Pakansari, karena kan sudah pernah dipakai kejuaraan AFF, jadi secara otomatis mereka sudah terverifikasi," kata Munafri.

Mengambil risiko memilih kandang yang jauh dari tempat asal tentu bukan tanpa perhitungan. Menurut Munafri, pihaknya tidak ingin bermain-main dengan syarat AFC yang memang terkenal tegas.

Namun, dia menolak jika dianggap tanpa berusaha membuat Laskar Juku Eja bermain di depan publik Makassar. Meski sudah menentukan Stadion Pakansari, namun manajemen disebutnya tetap bergerak mencari solusi terbaik agar Stadion Andi Mattalatta bisa mencapai standar yang ditetapkan AFC.

"Itu alternatif kita sambil kami dari manajemen PSM mencoba juga untuk mengeosiasikan stadion yang ada di Makassar untuk bisa kami benahi," ujar dia.

Selanjutnya... Klub-klub Besar dalam Posisi Terjepit

Klub-klub Besar dalam Posisi Terjepit

Isu yang juga tak kalah hangat bagian dari proses mendapatkan lisensi AFC dihadapi oleh empat klub besar Liga 1. Mereka adalah klub-klub yang memiliki manajemen baru, yakni Arema FC, Madura United, PS TNI, dan Bhayangkara FC.

Menurut Tigor, AFC menetapkan syarat baru mengenai status kepemilikan klub ini. Perusahaan yang menaungi minimal sudah harus dua tahun berjalan. Sedangkan empat klub tersebut di atas, usianya belum memenuhi.

"Karena aturan di AFC itu, sekurang-kurangnya harus dua tahun jalan. Tapi kita bisa minta exception kepada AFC terkait hal itu," kata dia.

Meski bisa mendapatkan pengecualian, namun Tigor enggan memberi kepastian apakah jalannya akan semulus itu. Menurutnya, semua kembali lagi kepada pihak klub, sejauh mana dokumen yang diserahkan bisa dipercaya oleh AFC.

"Belum ada pengalaman, dan ini aturan baru juga di AFC. Kita juga tidak tahu seberapa besar approval-nya tergantung mereka (klub) seberapa bisa membuktikan dokumen itu benar valid dan tidak ada masalah," jelas Tigor.

Meski pun nantinya keempat klub tersebut tidak bisa mendapatkan lisensi AFC, namun mengisi posisi tiga besar. Tigor mengatakan Indonesia tidak perlu takut AFC mengurangi jatah untuk ke kompetisi Asia.

Sebab di dalamnya diatur, jatah tersebut bisa dialihkan kepada klub lain yang bisa mendapatkan lisensi AFC. Hanya saja, turunannya sampai peringkat kesembilan Liga 1 karena mengambil batas minimal 50 persen dari peserta kompetisi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya