Ambisi Kebangkitan Milan Mulai Berantakan

Pemain AC Milan.
Sumber :
  • REUTERS/Alberto Lingria

VIVA – Hanya dalam hitungan bulan, nasib AC Milan turun naik drastis. Dimulai dengan peralihan kepemilikan dari tangan Silvio Berlusconi kepada investor asal China yang dipimpin oleh pengusaha Yonghong Li, Rossoneri mulai membangun mimpi kebangkitan, namun belakangan malah kembali berantakan.

2 Predator AC Milan di Mata Stefano Pioli

Langkah awal Milan merintis angan berjaya seperti pada era sebelumnya dimulai dengan melakukan investasi pemain secara besar-besaran. Hampir seluruh skuat mereka berganti. Dana sekitar Rp2,8 triliun dihabiskan hanya untuk belanja di bursa transfer.

Di pekan-pekan awal, Milan sempat tampil greget. Dua kemenangan beruntun di partai pembuka seolah menjadi sinyal nyata bahwa sang raksasa sudah terjaga dari tidurnya.

Donnarumma Bikin PSG Tewas, yang Girang Malah Fans AC Milan

Sayangnya, setelah itu malah keraguan yang kembali muncul. Milan kembali tenggelam perlahan, hingga giornata 9, mereka sudah empat kali tumbang dan sekarang harus rela parkir di posisi 11 klasemen sementara dengan koleksi 13 poin.

Bintang-bintang anyar tak mampu menebus harga mahal yang telah dikeluarkan klub ketika memboyongnya mereka dari klub asalnya masing-masing. Salah satu contoh adalah Leonardo Bonucci, pemain yang dibajak dari Juventus.

Rekor Ngeri Clarence Seedorf di Liga Champions, Ronaldo-Messi Lewat

Digadang-gadang mampu memimpin kebangkitan, yang ada malah dia seperti kehilangan arah permainan. Bonucci tidak sekokoh ketika membantu pertahanan Juventus mengadang gempuran musuh dan merebut enam Scudetto sebelumnya secara beruntun.

Montella Sang Kambing Hitam

Jika ada orang yang paling awal diminta bertanggung jawab atas performa jauh dari kata mengesankan Milan, maka dia adalah Vincenzo Montella.

Tak heran pula bila sekarang nasib Montella mulai menjadi tanda tanya besar. Isu pemecatan terus membayanginya dari pekan ke pekan.

Yang paling gawang, bahkan sudah muncul beberapa nama calon suksesornya. Mulai dari arsitek tim kawakan Carlo Ancelotti, yang kebetulan baru dipecat Bayern Munich, hingga pelatih pengangguran macam Paulo Sousa.

Tapi yang jelas, sekali lagi Montella kini menjadi 'kambing hitam' keterpurukan Milan. Manajemen yang sempat berkali-kali menyatakan dukungan terhadapnya, secara perlahan memalingkan wajahnya.

Usai gagal menang melawan Genoa akhir pekan kemarin, Montella diberi ultimatum. Jika dalam dua pertandingan ke depan kembali tak mampu memberikan enam poin, maka dia bakalan dipecat.

Terancam Cuci Gudang

Kesulitan yang dihadapi Milan di atas lapangan tentu berimbas langsung kepada kondisi klub, khususnya dalam masalah keuangan. Ada ketakutan besar, tim kota mode itu malah akan terjerat utang.

Yonghong Li memang sudah melakukan investasi besar. Tapi pada kenyataannya, uang yang dikeluarkan bukan dari koceknya langsung.

Saat ini Milan masih dijaminkan kepada Elliot Grup. Dan bila gagal berprestasi, minimal lolos ke Liga Champions musim depan, maka klub bakalan seret pemasukan dan terancam tidak bisa membayar tagihan mereka.

Kemungkinan terburuk Milan akan tergadai dan bisa saja dibeli oleh investor lain dengan harga murah. Hal yang kurang patut bagi sebuah tim dengan nama serta sejarah luar biasa.

Atas kondisi itu, CEO Milan, Marco Fassone, buka mulut dan memberikan penjelasan tentang langkah yang bisa diambil klub untuk menghadapi kemungkinan terburuk.

"Liga Champions adalah dasar dari proyek besar kami. Jika gagal lolos, itu tak merusak rencana kami," kata Fassone.

"Tapi kami akan menunda proyek ini jika gagal ke Liga Champions dengan menjual satu atau dua pemain top yang kami miliki. Untuk keseimbangan klub," bebernya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya