Ricuh Suporter di Sleman, Tinta Hitam Coreng Muka Liga 1 di Awal Musim

Rusuh Suporter PSS Sleman vs Arema
Sumber :
  • VIVA.co.id/Robby Yanto

VIVA – Kekerasan dalam dunia sepakbola Indonesia sepertinya tak pernah hilang. Fanatisme berlebihan kerap jadi pemicu kericuhan antar suporter yang tak jarang dampaknya begitu merugikan. Tak cuma kerusakan fasilitas saja, tingkah negatif ini juga kerap menimbulkan korban luka bahkan nyawa.

Hasil Liga 1: Dewa United dan Persebaya Surabaya Raih Poin Sempurna

Mengerikan sekagligus memalukan. Ya, kericuhan suporter terjadi di Stadion Maguwoharho, Sleman, saat laga pembuka Liga 1 2019 antara PSS Sleman melawan Arema berlangsung. Insiden ini langsung mencoreng wajah kompetisi kasta tertinggi sepakbola Indonesia, padahal musim baru saja dimulai.

Seperti yang dikatakan tadi, penyebab terjadinya kericuhan selalu sepele. Saling ejek antar suporter bak sudah mendarah daging dan wajib dilakukan saat kedua tim kesayangan berjumpa. Seperti tak pernah belajar dari kasus sebelumnya, ulah buruk ini kerap dilakukan oleh sejumlah kelompok suporter. Parahnya lagi, kadang saling ejek dilakukan oleh suporter yang bukan anggota resmi dari organisasi suporter itu sendiri.

Arema FC Pelajari Rekaman Pertandingan Persebaya Surabaya

VIVA yang datang langsung untuk meliput pertandingan antara armada Super Elja melawan skuat Singo Edan, jadi saksi kejadian mengerikan ini. Bagaimana tidak mengerikan, akibat peristiwa ini sejumlah suporter harus menjadi korban. Tercatat ada 10 korban luka dan sebagian besar di bagian kepala.

Kericuhan suporter di Stadion Maguwoharjo saat laga PSS Sleman kontra Arema FC

Lawan Arema FC, Pelatih Persebaya Surabaya Harapkan Ini dari Wasit

Tak hanya suporter, jurnalis dan personel kepolisian yang tengah meliput dan menjaga pertandingan juga jadi korban. Seorang wartawan media online yang diketahui bernama Hadiansyah mengalami luka di ibu jarinya, akibat terkena lemparan.

Jadi, bagaimana publik menyikapi peristiwa ini? Yang jelas jika setiap pertandingan terjadi kericuhan seperti sudah bisa dipastikan bahwa sepakbola Indonesia tidak akan pernah maju. Mengerikan pasti, memalukan pun sudah tentu. Jelas, kekerasan, keamanan pertandingan, termasuk mental sportif suporter juga masih jadi masalah besar yang menjadi pekerjaan rumah seluruh stakeholder sepakbola Indonesia.

Botol, Batu, dan Pecahan Keramik

Lewat pantauan VIVA langsung dari Maguwoharjo, asal muasal insiden ini sudah dimulai sejak pertandingan belum dimulai. Kelompok suporter PSS sudah terlibat aksi saling ejek dengan pendukung fanatik Arema sejak laga belum digelar.

Buntutnya, terjadi saling balas melempar. Mulau dari benda tumpul, batu, bahkan pecahan keramik dilayangkan  ke udara bak laju peluru yang saling berbalas.

Peristiwa pelemparan ini kian menjadi saat Arema yang sempat tertinggal lebih dulu dalam laga, berhasil menyamakan kedudukan. Ya, Arema sebelumnya kebobolan lewat gol Brian Ferrera di saat laga baru berjalan dua menit. Kemudian, striker anyar Arema, Sylvano Comvalius, mampu mencetak gol penyeimbang di menit 29.

Penyerang Arema FC, Sylvano Comvalius.

Pada saat merayakan gol Comvalius, para pemain Arema mendapat sambutan lemparan dari oknum suporter PSS di tribun utara stadion. Hal ini kemudian membuat keadaan menjadi semakin tak terkendali setelah suporter Arema membalas lemparan pendukung PSS.

Sejumlah penonton sepeti ibu-ibu dan anak-anak pun ketakutan dan panik. Para suporter yang ketakutan ini mulai lari ke tribun media. Wasit Yudi Nurcahya yang memimpin pertandingan sempat memnghentikan laga sekitar satu jam

Kericuhan suporter di Stadion Maguwoharjo saat laga PSS Sleman kontra Arema FC

Salah seorang yang kemungkinan merupakan perwakilan suporter Arema atau perwakilan manajemen klub, sampai harus menyerukan dengan pengeras suara bahwa ulah yang mereka lakukan sangat memalukan. Tak cuma itu, Bupati Sleman, Sri Purnomo, juga ikut turun ke lapangan untuk melerai pertikaian.

Ulah Brengsek Provokator

Dugaan provokasi sengaja dibuat oleh oknum tertentu diserukan Arema. CEO Arema, Agoes Soerjanto, yakin bahwa ada oknum provokator yang ingin membuat sepakbola berjalan dengan damai dan lancar. 

Agoes membeberkan bahwa sebelum para suporter Arema datang ke Sleman, sudah lebih dulu dilakukan koordinasi dengan pendukung PSS. Suporter Arema bahkan mendapat kuota 2000 tiket dari Panitia Pelaksana (Panpel) PSS. 

Karena antusiasme para suporter Arema, kuota yang diberikan Panpel PSS pun penuh. Koordinasi yang dilakukan antar suporter kedua tim jelas jadi bukti bahwa sebenarnya hubungan suporter PSS dan pendukung Arema sangat baik. 

Duel PSS Sleman vs Arema FC.

"Sepakbola dilahirkan dengan semangat persahabatan. Ke depan, menjadi tugas kita bersama untuk memberantas provokator sepak bola yang mencederai nilai-nilai persahabatan dari sepakbola itu sendiri," ujar Agoes.

"Bahkan sebelum datang ke Sleman, Aremania sudah melakukan koordinasi yang matang dengan perwakilan suporter tuan rumah dan Panpel PSS Sleman. Kami diberi kuota 2000 tiket. Karena antusias kuota itu penuh karena yang datang tidak hanya dari Malang tapi juga dari sekitar Jawa Tengah," katanya.

Apakah wajah sepakbola Indonesia akan terus seperti ini? Apakah kekerasan harus selalu berujung malapetaka di setiap pertandingan sepakbola? Sepertinya seluruh pihak harus berpikir jernih, sebelum menjawan pertanyaan, "Mau dibawa kemana sepakbola Indonesia ini?” yang selalu ada di benak pecinta sepakbola tanah air.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya