Edukasi Suporter, Bukan Cuma Tugas PSSI

Pemain Bali United, Irfan Bachdim, berlindung dari lemparan suporter PSM.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Abriawan Abhe

VIVA – Tingkah laku suporter kembali jadi sorotan sepanjang perhelatan Liga 1 musim 2017. Aksi anarkis suporter di musim 2017, kerap memakan korban jiwa.

Langkah Tegas PSSI Basmi Sepakbola Gajah di Liga 3

Di penghujung musim 2017, aksi brutal yang dilakukan sejumlah oknum suporter kembali terjadi. Nahas karena hal itu memakan satu korban jiwa.

Seorang Jakmania berinisial RYS meregang nyawa usai menonton laga Bhayangkara FC kontra Persija Jakarta di Stadion Patriot Candrabhaga, Bekasi, Minggu 12 November 2017. RYS tewas karena dikeroyok oleh empat oknum suporter yang diduga anggota kelompok Viking.

Pemain Keturunan Bisa Bela Timnas U-19 di Piala Dunia U-20, Siapa Dia?

Sebelum RYS, seorang suporter Persita Tangerang juga tewas karena menjadi korban pengeroyokan oknum suporter PSMS Medan.

Berbagai insiden ini menjadi catatan hitam sepakbola Indonesia sepanjang musim 2017. PSSI pun angkat bicara terkait segala insiden yang terjadi selama semusim belakangan.

Persib Bandung Waspadai Kekuatan Lini Depan MU

Disebutkan Sekretaris Jenderal PSSI, Ratu Tisha Destria, segala tingkah laku suporter di luar stadion tak menjadi wewenang pihaknya.

"Kami, dari PSSI bukan menangani pendidikan masyarakat Indonesia. Kalau ada yang berkelahi, atau seperti kejadian itu, yang salah bukan PSSI," kata Tisha.

Seharusnya, dijelaskan Tisha, klub menjadi ujung tombak utama dalam proses pendidikan tingkah laku suporter. Masuk akal, karena klub punya kedekatan yang lebih baik kepada fansnya.

"Tugas itu dibagi-bagi. Biarkan, mereka yang menyelesaikan dari bawah. Kami bekerja satu instrumen, yaitu klub. Ini bicara soal kultur masyarakat juga," ujar Tisha. (one)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya