Ini Arkeolog Penerima LIPI Sarwono Award

Profesor Harry Truman Simanjuntak
Sumber :
  • Viva.co.id/Agus Tri Haryanto
VIVA.co.id
Demi Potensi Pulau Perbatasan, LIPI Kerahkan 23 Peneliti
- Harry Truman Simanjuntak, seorang ahli Arkeologi resmi dianugerahi penghargaan Sarwono Award dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Dengan demikian, Harry menjadi orang ke-23 yang mendapatkan penghargaan prestisius tersebut.

Go Industri, LIPI Berguru ke Australia

Kepala LIPI, Iskandar Zulkarnain, mengatakan, Harry pantas mendapatkan kehormatan tersebut. Sebab, ia merupakan peneliti sekaligus profesor riset pada Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
LIPI: Pembangunan Daerah Idealnya Berbasis Riset Ilmiah


"Harry secara konsisten selama 38 tahun menekuni penelitian di bidang arkeologi. Ia tekun melakukan penelusuran masa silam Nusantara dalam konteks Asia Tenggara dan Oseania melalui penelitian (arkeologi) prasejarah," ujar Iskandar di Auditorium LIPI, Jakarta, Kamis, 20 Agustus 2015.


Selain itu, Harry terbilang aktif menyusun konsep-konsep pengembangan kelembagaan dan arah kebijakan penelitian dan membangun jaringan kerja sama dengan pihak-pihak terkait di dalam maupun luar negeri.


Sejumlah hasil penelitiannya terkait penelusuran prasejarah di Tanah Air, terbukti dari penelitian Homonid atau Palaeolitik di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sumba, dan Maluku.


Kemudian, penelitian kehidupan kala Plestosen akhir - Holosen awal, penelitian budaya Neolitik, dan penelitian budaya megalitik atau Paleometalik di sejumlah situs Indonesia menjadi sumber rujukan nasional serta internasional.


"Hasil riset dan petualangnya ke seluruh Indonesia telah mengungkap betapa Indonesia adalah kawasan yang sangat penting untuk mengetahui evolusi manusia dan budaya. Tidak banyak wilayah di dunia bisa menghidupi manusia sejak masa begitu tua. Temuan-temuan Homo erectus tidak banyak di dunia ini. Hanya ada di beberapa tempat, salah satunya Indonesia," tutur Iskandar.


Diketahui, ketertarikan Harry dalam menggeluti arkeologi telah tumbuh sejak di bangku sekolah dasar di Pematang Siantar, Sumatera Utara. Menurut dia, mengungkap siapa manusia Nusantara masa lalu dan misteri kehidupan mereka sangat menarik.


Setidaknya, lebih dari 150 karya tulis telah dipublikasikan dalam bentuk artikel, monografi, prosiding, makalah, dan lainnya. Saat merengkuh gelar profesor, Harry meraihnya dengan orasi pengukuhan berjudul "Pluralisme dan Multikulturalisme dalam Prasejarah Indonesia" pada 2006.


"Kita tidak bisa menghindar dari pluralisme. Hanya kehancuran (yang terjadi) jika bangsa Indonesia dipaksakan seragam. Setelah kehancuran itu pun akan muncul keanekaragaman lagi. Membangun bangsa ini harus berdasarkan kebhinekaan itu. Ini yang harus ditonjolkan, agar Indonesia menjadi sebuah bangsa yang berperadaban khas," papar Harry.


Saat ini, salah satu penelitian yang sedang digarapnya bersama dengan arkeolog lain adalah piramida di situs Gunung Padang, Jawa Barat. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya