Pengusaha Tahu Ini Buang Formalin Berkat Karya Murid SMA

Parno, pengusaha tahu yang kini tak mau pakai formalin
Sumber :
  • VIVA.co.id/Mitra Angelia

VIVA.co.id – Formalin telah membuat Parno, seorang produsen tahu sejak 1976 di Cisoka, Serang, Banten, menemukan titik balik. Ia punya pengalaman pahit yang tak membuatnya jera untuk terus eksis membuat tahu.

7 Fakta Sains Menakjubkan di Dunia yang Belum Banyak Terungkap

Pasalnya, pria yang telah punya dua pabrik tahu, Bunga Tahu dan Bintang Terang ini sudah beberapa kali ditangkap karena menggunakan pengawet mayat, formalin, untuk proses pembuatan tahunya.

"Sudah delapan kali mbak saya ditangkep, di penjara juga pernah tiga hari," kata Parno kepada VIVA.co.id di SMA Bina Putera, Kopo, Serang saat pengenalan pengawet alami tahu (Palata) karya siswa sekolah tersebut, Selasa 24 Mei 2016.

Hiu Megalodon Ternyata Benar Ada

Belajar dari pengalaman delapan kali ditangkap itu, Parno pun ingin lepas dari menggunakan formalin sebagai pengawet tahunya.

"Saya itu pengen enggak pakai formalin, tapi ya enggak ada solusi, dan awal mula saya tahu formalin itu dari turun temurun," ujarnya.

Jangan Terkecoh oleh Jambul Hewan Ini

Mewujudkan niat baik Parno yang ingin lepas dari formalin, datanglah para SMA Bina Putera untuk membantu Parno. Para siswa ini menciptakan inovasi berupa pengawet alami tahu yang dibuat dari bahan dasar pisang. Pengawet alami lokal ini dikenal dengan Palata dan nama mereknya yaitu BioPresv.

Parno mengatakan, sejak tahun kemarin para siswa menguji coba bikin pengawet tahu karya mereka. Mulai dari bahan dasar sirsak, markisah, pepaya dan singkong, semua dicoba oleh siswa tersebut. Parno mengaku terlibat sebagai 'kelinci percobaan'.

"Ya saya tuh pengennya enggak pakai formalin lagi," kata dia.

Parno menyatakan, hasil pembuatan tahu dan pengawetan dengan BioPresv ini tak kalah dengan formalin. Perbandingan menggunakan formalin bisa awet hingga tiga hari, sementara BiokPreav awetnya selama dua hampir tiga hari.

Begitu juga dengan kualitas kekenyalan tahu dan warna tahu, Parno mengatakan pengawetan alami tidak kalah kualitasnya. "Bagus kok, makanya saya berani makai," katanya.

Parno, bukanlah produsen tahu yang 'ecek-ecek.' Dalam sehari, dua pabriknya itu membuat tahu lebih dari lima ton kedelai.

Mengenai takaran BioPresv yang digunakan, Parno menjelaskan satu ton kedelai menggunakan empat liter BioPresv pada saat proses pembuatannya. Sementara untuk perendamannya, empat liter dicampurkan dengan 200 liter air dan bisa untuk perendaman 13 bak tahu.

Diketahui, BioPresv adalah karya inovasi SMA Bina Putera, di bawah bimbingan Akhmad Supriyatna, ketua LPPSDM Bina Putera Utama yang juga merupakan yayasan yang membina SMA Bina Putera. BioPresv saat ini dipasarkan secara business to business oleh Parno, BioPresv dijual dengan harga Rp.10 ribu.

(ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya