Bangun Science Technopark, UGM Ingin RI Mandiri dari Impor

Kampus Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta.
Sumber :
  • www.ugm.ac.id

VIVA.co.id – Kabupaten Gunungkidul, Jawa Tengah, telah memiliki Baron Science Technopark, yang belum lama ini selesai pembangunannya. Berikutnya, giliran Kabupaten Kulonprogo yang akan segera memiliki science technopark. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (UGM) yang akan melaksanakan pembangunan di Bumi Binangun tersebut.

Polisi Periksa 21 Saksi Terkait Kasus TPPU yang Jerat Ahli Nuklir UGM

Pengembangan science technopark yang sekaligus digunakan untuk menghilirkan produk-produk akademik dan penelitian secara langsung kepada masyarakat melalui industri.

Rektor UGM, Dwikorita Karnawati, mengatakan UGM Science Technopark merupakan konsep yang digagas oleh UGM dalam rangka hilirisasi hasil riset inovatif yang dilakukan oleh peneliti UGM dalam berbagai bidang. Di samping itu, juga sebagai wahana untuk pengembangan dan peningkatan pendidikan vokasional di UGM.

Ahli Nuklir UGM Jadi DPO Kasus Penggelapan Rp 9,2 Miliar, Begini Kronologinya

"Awal pembangunan tahun 2018 mendatang dan kini UGM sudah menyiapkan produk-produk hasil riset yang diproduksi di mini factory UGM,” ungkap Dwikorita, Selasa 20 September 2016.

Menurutnya, saat ini UGM telah mengembangkan berbagai produk peralatan kesehatan dalam skala terbatas. Melalui UGM Science Technopark ini, nantinya akan diproduksi berbagai peralatan kesehatan dalam skala yang lebih besar sehingga tidak hanya dapat mencukupi kebutuhan untuk pendidikan di Fakultas Kedokteran UGM saja. Namun, ke depan diharapkan alat kesehatan yang diproduksi UGM mampu mencukupi kebutuhan masyarakat luas.

Pimpinan Jemaah Aolia Ternyata Sempat Kuliah di Fakultas Kedokteran UGM

“Produk yang kita kembangkan antara lain adalah robot untuk melatih pasien pasca stroke, selang untuk penderita hidrosepalus, dan ring jantung , tetapi masih dalam jumlah kecil. Lewat UGM Science Technopark ini kita coba tingkatkan produksinya,” kata dia. Pengembangan dan produksi berbagai peralatan kesehatan tersebut, Dwikorita mengatakan, untuk mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap berbagai produk kesehatan impor. Sebab, hingga saat ini setidaknya 90 persen peralatan kesehatan yang digunakan di Indonesia masih dipenuhi dengan produk impor.

“UGM ingin memproduksi alat-alat kesehatan sendiri untuk mensubstitusi produk impor dengan harga yang lebih terjangkau,” tegas Dwikorita.

Selain pengembangan manufaktur peralatan kesehatan, melalui UGM Science Technopark ini, juga dikembangkan produk-produk bidang agroindustri baik pangan maupun non pangan. Beberapa di antaranya adalah pengolahan kakao, susu kambing PE, serta pengolahan primer dan sekunder kayu. Selain itu juga dikembangkan produk-produk dalam bidang energi baru dan terbarukan, dan manufaktur, rekayasa, teknologi informasi dan komunikasi.

Pembangunan UGM Science Technopark bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Kulon Progo serta menggandeng industri. Pengembangan dilakukan di Kulon Progo mengingatkan potensi sumber daya hayati yang cukup tinggi. Hanya saja, pengembangan berbagai produk hasil pengelolaan sumber daya hayati tersebut belum dilakukan secara optimal sehingga keuntungan yang didapat masyarakat dan pemerintah daerah juga belum optimal.

“Melalui UGM Science Technopark ini diharapkan mampu mendorong perekonomian masyarakat lokal Kulon Progo,” lanjut Dwikorita.

(ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya