Teknik Serangga Mandul Paling Efektif Basmi Nyamuk Aedes

Fasilitas irradiator untuk memandulkan nyamuk Aedes aegypti
Sumber :
  • VIVA.co.id/Mitra Angelia

VIVA.co.id – Badan Teknologi Nuklir Nasional (Batan) mengklaim Teknik Serangga Mandul (TSM) merupakan teknologi yang efektif untuk menekan populasi nyamuk Aedes aegypti, vektor penyebab virus demam berdarah dan virus zika.

Tenang Hadapi DBD! Menkes Pastikan RS Siap Tangani Pasien, Ini Imbauannya untuk Masyarakat

TSM merupakan teknik memandulkan nyamuk Aedes jantan dengan menggunakan sinar gamma. Jika dilepas, sang jantan kawin dengan betina, maka tidak akan terjadi pembuahan atau telur tidak berisi. 

Peneliti Laboratorium Entomologi Batan, Ali Rahayu mengatakan, baru-baru ini Inggris dan Australia mengumumkan teknologi Oxitec, yang merekayasa genetika nyamuk dan nyamuk Aedes diinfeksi oleh bakteri Wolbachia, bakteri yang hidup di sebagian besar hidup serangga. 

Nyamuk Wolbachia Melawan DBD! Menkes Ungkap 5 Wilayah di Jawa yang Sudah Terbebas

"Cara ini (keduanya) pada akhirnya banyak yang menentang karena merupakan hasil rekayasa genetika yang dikhawatirkan akan menimbulkan dampak negatif di kemudian hari," ujar Ali saat ditemui di Gedung Batan,  Pasar Jumat, Senin 7 November 2016.

Ali menjelaskan, dalam skema penginfeksian bakteri Wolbachia, hampir semua nyamuk berperan sebagai vektor penyakit filaria atau kaki gajah, Bakteri Wolbachia ada di setiap tubuh serangga, kecuali nyamuk Aedes aegypti. 

Waspada! Demam Berdarah Mengganas, Jakarta Jadi Episentrum dengan 35 Ribu Kasus

Cara penekanan nyamuk Aedes adalah dengan menyuntikkan bakteri Wolbachia pada telur nyamuk Aedes. Tujuan ilmuwan melakukan hal ini, agar bakteri Wolbachia nantinya menyerang pencernaan nyamuk dan berujung menekan populasi mereka. Tapi, Ali menyatakan, jika skema itu dilakukan, kemungkinan vektor penyebab filaria malah menjadi bertambah. 

"Artinya kan menjadi vektor filaria (nyamuk Aedes disuntikkan Wolbachia)" ujar dia. 

Mengenai skema rekayasa genetik, Ali mengatakan, tiap rekayasa pasti menimbulkan dampak. Walaupun di awal tujuan tercapai, namun pada kemudian hari spesies tersebut malah jadi bumerang. 

"Suatu saat bisa berubah menjadi nyamuk kebalikan. Misalnya direkayasa untuk memandulkan spesies,  kemudian hari malah kebalikannya," jelas Ali. 

Sementara, TSM yang dikembangkan oleh Batan ini sudah teruji dan satu siklus selesai. Istilahnya tidak perlu proses panjang dan menurunkan keturunan dahulu. 

Ali mengatakan, TSM pada nyamuk bukan ide yang pertama. Sebelumnya dikembangkan Batan, pada 1960-an, teknik itu sudah dikembangkan oleh Amerika Serikat,  tapi kemudian tidak ada laporan keberhasilan. 

Ali memaparkan, efektivitas penurunan populasi bisa mencapai 96,35 persen pada penyebaran nyamuk jantan. Penurunan itu terjadi pada pekan ke empat dan jika diteruskan pada bulan ketujuh maka dapat menahan munculnya kasus baru. Pada bulan ketujuh itu juga dapat menghilangkan keberadaan virus dengan analisis pada tubuh nyamuk setelah pelepasan kedua. 

Batan melalui Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi (PAIR) sudah meneliti TSM sejak 2005. Pada 2011 sampai dengan 2015, Batan telah mengaplikasikan teknik tersebut di wilayah Jakarta, Salatiga, Tangerang dan Bangka Barat. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya