Alat Navigasi Penerbangan BPPT Setara Produk Prancis

Ilustrasi ADS-B
Sumber :
  • www.fastcompany.com/Boeing

VIVA.co.id – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi atau BPPT resmi mengantongi sertifikasi inovasi sistem navigasi pesawat atau Automatic Dependent Surveillance Broadcast (ADS-B) dari Kementerian Perhubungan. Inovasi ADS-B telah dihilirisasikan kepada industri, dalam hal ini yaitu PT Inti.

Intip Teknologi BPPT, Ada Modifikasi Cuaca hingga Tanda Tangan Digital

Deputi Teknologi Informasi Energi dan Material BPPT, Hammam Riza, menyatakan, sertifikasi ini sangat penting. Sebab, sertifikasi menjadi syarat utama agar ADS-B dapat digunakan secara operasional di dunia penerbangan Tanah Air. 

“Sertifikasi sistem ADS-B hasil hilirisasi teknologi kepada PT Inti menjadi momentum dalam mewujudkan produk teknologi navigasi nasional. Ini merupakan hasil dari peran perekayasaan yang dijalankan oleh BPPT untuk peningkatan daya saing industri strategis nasional," ujar Hammam dalam keterangan tertulis yang diterima VIVA.co.id, Kamis 16 Maret 2017.

BPPT Sepakat dengan BPOM soal Galon Guna Ulang

Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi mengatakan, Kemenhub akan mendukung agar industri dalam negeri dapat memproduksi massal sistem ADS-B. Budi berpesan kepada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara untuk bekerja sama dengan BPPT dan industri dalam negeri, guna menciptakan kedaulatan dalam industri kedirgantaraan nasional.

"Kepada teman jajaran di Ditjen Perhubungan Udara agar memberikan dukungan kepada industri dalam negeri. Semua negara maju melakukan hal tersebut, sehingga industri penerbangan dapat mandiri dan mendukung optimalnya dunia penerbangan," kata Budi.

Menhub: SPKLU Meningkatkan Kepercayaan Pengguna Kendaraan Listrik

Budi menuturkan, ADS-B buatan anak bangsa setara dengan navigasi buatan Prancis. Sebab, Kemenhub pernah berpengalaman menguji produk Prancis tersebut.

Direktur Pusat Teknologi Elektronika BPPT, Yudi Purwantoro mangatakan, kelebihan sistem ADS-B dibandingkan dengan sistem radar terletak pada kemampuan untuk mendeteksi pesawat pada area tertentu yang tidak terjangkau oleh radar. Data penerbangan yang diterima pun akan menjadi relatif lebih banyak. 

"Biaya pengadaan peralatan, pengoperasian, dan pemeliharaan sistem ADS-B juga relatif lebih murah," kata Yudi.

Sebagai informasi, dari 237 bandar udara di Indonesia, baru 31 bandara yang sudah menggunakan perangkat radar ADS-B. Sisanya masih menggunakan komunikasi suara dalam berkomunikasi dengan pilot.

Kondisi itu seperti masih belum memiliki ‘mata’ untuk memonitor keberadaan pesawat-pesawat yang berada di sekitarnya. Hal tersebut terkadang menyebabkan kecelakaan udara sering tidak terpantau. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya