Ilmuwan Rancang 'Virus Pembunuh' untuk Memburu Kanker

Ilustrasi sel kanker.
Sumber :
  • Pixabay/skeeze

VIVA.co.id – Sebuah tim ilmuwan asal Universitas Basel, Swiss, telah menciptakan virus buatan yang merangsang sistem kekebalan tubuh yang pada gilirannya mengaktifkan dan mengirim 'tentara yang kuat' atau disebut sel pembunuh untuk melawan kanker.

5 Manfaat Buah Duku untuk Kesehatan Tubuh, Jadi Sumber Antioksidan Kuat

Sel kanker sangat terkenal dalam menghindari sistem kekebalan tubuh, namun infeksi virus menyebabkan tubuh bereaksi cepat, menstimulasi sistem dengan menggunakan semua sarana yang ada untuk melawan 'penyerang' atau kanker.

Mengutip situs Russia Today, Minggu, 28 Mei 2017, terapi perancang baru ini memanfaatkan kemampuan tubuh untuk mendeteksi virus sehingga ketika sistem kekebalan tubuh 'melihatnya', ia dapat memburu kanker, dan dipercaya bisa membunuh tumor ganas tersebut.

5 Manfaat Daun Binahong untuk Tubuh Manusia, Bisa Dijadikan Obat Eksim

Penelitian ini dipimpin oleh Profesor Daniel Pinschewer dari Universitas Basel dan Profesor Doron Merkler dari Universitas Jenewa, membuat virus buatan berdasarkan virus choriomeningitis limfositik (LCMV), yang dapat menginfeksi tikus dan manusia.

Meskipun virus ini tidak berbahaya bagi tikus, mereka menghasilkan sinyal peringatan yang diambil oleh sistem kekebalan tubuh manusia.

Kenali Gejala dan Penyebab Autoimun yang Dialami Artis Kartika Putri

Tim ahli virologi juga mengintegrasikan protein yang ditemukan di sel kanker ke dalam virus. Terinfeksi dengan virus perancang yang tidak berbahaya, sistem kekebalan tubuh memungkinkan untuk mengenali protein kanker ini berbahaya.

Selain itu, memungkinkan tubuh menciptakan sel kanker yang kuat dari sitotoksik T-limfosit, atau dikenal sebagai sel pembunuh, yang mengidentifikasi sel kanker melalui protein.

"Kami berharap temuan dan teknologi baru kami ini akan segera digunakan dalam perawatan kanker dan membantu meningkatkan tingkat keberhasilan mereka," kata Pinschewer.

Penelitian tim ini sudah dipublikasikan pada Sabtu, 27 Mei lalu, di Jurnal Nature Communications.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya