AirBnB Buka Rumah Gratis bagi Pengungsi Gunung Agung

Pengungsi Gunung Agung Terus Bertambah
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana

VIVA.co.id – Penyedia layanan sewa kamar pribadi, apartemen sampai rumah, AirBnB turun tangan dengan meningkatnya aktivitas Gunung Agung di Bali. 

Agoda dan Airbnb Aman, Trivago Terancam Diblokir Kemenkominfo

Platform sewa properti asal Amerika Serikat itu meminta kepada pemilik rumah dan properti di Bali, untuk memfungsikan bangunan miliknya untuk evakuasi para pengungsi Gunung Agung. Sebagaimana diketahui pada akhir pekan lalu, jumlah pengungsi sudah menjadi ratusan ribu.  

Dikutip dari Mashable, Senin 2 Oktober 2017, AirBnB menggratiskan biaya sewa properti untuk membantu para pengungsi gunung tertinggi di Pulau Dewata tersebut.

Agoda dan Airbnb Cs Sudah Merespons Kemenkominfo, tapi Masih Belum Aman

Selain menyediakan rumah untuk pengungsi, AirBnB juga mengajak pemilik properti untuk membuka rumah mereka bagi para pekerja sosial dan petugas bencana. Tentunya sama, biayanya gratis.  

Sejauh ini, ajakan tersebut disambut enam pemilik properti, yang menyediakan rumah mereka untuk evakuasi pengungsi Gunung Agung. 

Pendaki Lansia Ditemukan Tewas di Puncak Gunung Agung, Jasad Ditemukan WNA

"Jika Anda memiliki rumah Anda di area terdampak yang ditunjukkan pada peta, mohon pertimbangkan rumah Anda (untuk dipakai evakuasi)" tulis AirBnB Dalam keterangan di situsnya. 

Dalam ajakannya, AirBnB membuka pemilik properti di empat titik di Pulau Bali, untuk bersedia membuka rumah mereka bagi evakuasi para korban.

AirBnB membuka relawan properti untuk menyediakan rumah mereka untuk evakuasi mulai dari 26 September 2017 sampai 11 Oktober 2017. 

Sementara itu, perkembangan terakhir, aktivitas Gunung Agung meningkat. Pada 2 Oktober 2017, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengamati, asap putih masih keluar tipis dengan ketinggian rata-rata sekitar 50-200 meter, dari dalam kawah Gunung Agung, Bali.

Asap solfatara yang merupakan representasi gas di dalam perut gunung tersebut, tercatat paling tinggi sekitar 600 meter pada 26 September 2017. 

Kepala Sub Bidang Mitigasi Pemantauan Gunung Api Wilayah Timur PVMBG, Devy Kamil mengemukakan, pihaknya khawatir jika gas yang terbuang lebih kecil dari yang dihasilkan. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya