LIPI dan BATAN Uji Metode Baru Terapi Kanker

Ilustrasi sel kanker.
Sumber :
  • Pixabay/skeeze

VIVA – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan Badan Tenaga Nuklir Nasional tengah mengembangkan metode baru terapi kanker melalui teknologi Boron Neutron Capture Technology atau BNCT. 

10 Cara Mengurangi Risiko Kanker, Murah dan Mudah Dilakukan

“Teknologi ini membunuh sel kanker saja lewat metode terapi radiasi dengan tangkapan neutron dari atom boron terendap di sel kanker, sehingga tidak menimbulkan efek samping seperti kemoterapi,” jelas Deputi Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI, Laksana Tri Handoko dalam keterangan tertulis di website LIPI, dikutip Rabu 15 November 2017. 

Menurut Handoko, teknologi ini baru sedikit diterapkan. Setidaknya teknologi terapi kanker itu baru dilakukan di dua rumah sakit di Jepang.

Daun Sirsak dan Kulit Manggis Hanya Mitos Obat Kanker, Ini Kata Dokter

“Kami coba kembangkan di Indonesia supaya bisa diproduksi dengan komponen lokal,” jelasnya.

Handoko menuturkan, riset metode BNCT saat ini masih dalam tahap pembuatan desain kolimator dengan material nikel. Komponen itu berupa sistem optis untuk mengarahkan sinar radiasi yang akan ditembakkan pada sel kanker. 

Pakar Sebut Pasien Kanker yang Meninggal Bukan Karena Kanker Melainkan Serangan Jantung dan Stroke

“Pembuatan kolimator dilakukan di Balai Penelitian Teknologi Mineral LIPI di Tanjung Bintang, Lampung. Kolimator dibuat dengan material nikel murni kadar 90-95 persen,” ujar Handoko.

Pengembangan terapi kanker dengan metode baru ini disokong oleh konsorsium riset yang mendapat dukungan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Konsorsium itu juga menggandeng Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT. Barata Indonesia, Universitas Gadjah mada dan Sekolah Vokasi Universitas Diponegoro dari unsur akademisi.

Ketua Konsorsium Peneliti BNCT BATAN Yohannes Sardjono mengungkapkan, terapi kanker dengan metode BNCT bisa dengan satu kali terapi. 

“Biayanya diperkirakan Rp180 juta bagi tiap pasien, lebih murah dibandingkan biaya kemoterapi yang mencapai Rp350 juta setiap pasien,” jelasnya. 

Terkait pendanaan, Yohanes menyebutkan, riset ini akan mendapat pendanaan dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional pada 2018. 

“Diharapkan pada tahun 2020 sudah bisa dilakukan uji coba di Rumah Sakit Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta,” ujar Yohannes.

Inisiasi metode baru terapi kanker ini merupakan salah satu bagian Pekan Teknologi Mineral 2017 yang berlangsung mulai 7 hingga 17 November 2017. Selain pameran, Pekan Teknologi Mineral akan diisi dengan berbagai kegiatan pendukung seperti Lomba Cerdas Tangkas Mineral, Perkemahan Ilmiah Remaja Mineral, Lomba Essay, Lomba Animasi, Workshop Guru Bidang Studi Kimia, Focus Grup Discussion Organisasi Profesi Fungsional Peneliti se-Provinsi Lampung, juga Kunjungan Ilmiah. (hd)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya