Blokir Prabayar Tak Ancam Pendapatan Operator Telekomunikasi

Registrasi pelanggan seluler prabayar.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto

VIVA – PT XL Axiata Tbk membantah pemblokiran kartu perdana prabayar yang tidak registrasi berdampak pada penurunan pendapatan operator. Menurut manajemen perseroan, jumlah pelanggan memang menurun tapi dalam arti positif.

Begini Cara XL Axiata Buat Pelanggan Tidak Pindah ke Lain Hati

Direktur Utama XL Axiata, Dian Siswarini, Jumat 28 April 2018, mengatakan, satu sisi memang perusahaan mengalami penurunan jumlah pelanggan. Namun di lain sisi, mereka mendapatkan pelanggan yang pasti aktif, sehingga dianggap sebagai pengguna yang berkualitas.

"Dampaknya baru terasa nanti, sekitar enam sampai satu tahun ke depan. Di luar negeri juga seperti itu. Akan ada pola di masyarakat yang berubah," katanya.

XL Axiata akan Bersih dari 3G, Hanya Ada 4G dan 5G

Pola tersebut, yang paling kentara adalah sikap pengguna yang lebih menghargai kartu seluler yang digunakannya. Menurut Dian, tak akan ada lagi kartu prabayar sekali buang.

"Kartunya kan sudah ada nama dia. Mereka akan berpikir dua kali untuk membuang. Lagi pula, pelanggan eksisting pasti memiliki konsumsi pulsa (ARPU) yang besar. Ini kami anggap bisa memberikan efisiensi," kata Dian.
        
Sayangnya, Dian tidak memberikan data berapa penurunan jumlah pelanggan XL. Namun yang jelas, kata dia, pelanggan XL yang melakukan registrasi ulang sudah mencapai 47 juta.

XL Axiata Lagi Semringah

Sementara itu, jumlah kartu yang diblokir karena tidak registrasi dan kesalahan registrasi mencapai sekitar 10 juta nomor. Pelanggan XL masih diberi kesempatan registrasi hingga 30 April 2018.

Dominasi pelanggan data

XL juga menyadari, semakin banyak penggunanya yang mulai beralih ke smartphone dan memaksimalkan layanan data. Dari total jumlah pelanggan, sebanyak 73 persen adalah pelanggan layanan data. Angka ini naik 8 persen dibanding 2017. 

Menyadari hal ini, XL telah menggerakkan Donasi Kuota sejak Agustus 2017. Hingga saat ini telah terkumpul data sebanyak 195 terabyte yang akan disalurkan ke sekolah di berbagai pelosok.

Hingga akhir Mei 2018, donasi akan diberikan ke sekolah di wilayah Batam, Karimun, Tanjung Pinang, dan Bintan. Donasi tersebut berupa data sebesar 240 GB per sekolah selama satu tahun.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya