Ada Robot Buzzer di Balik Perang Medsos Capres Cawapres

Perang percakapan di media sosial Twitter
Sumber :
  • Facebook/Ismail Fahmi

VIVA – Kampanye pasangan capres cawapres belum dimulai namun perang media sosial terasa makin seru. Perang di dunia media sosial ini sudah menjadi rahasia publik. Masing-masing kubu mengerahkan pasukan di media sosial.

Tidak Fokus Berkendara, Pengendara Motor Tabrak BMW Seri 5

Biasanya operasi di media sosial ini melibatkan tim buzzer, bahkan belakangan perang media sosial memanfaatkan buzzer buatan, alias robot buzzer

Pakar analis media sosial Ismail Fahmi menyebutkan, salah satu wujud perang media sosial yakni munculnya perang tanda pagar alias hashtag.

Kemenkominfo Mengadakan Kegiatan Talkshow "Promosi Budaya Indonesia Lewat Konten Digital"

Soal tagar, Ismail merangkum, setidaknya ada empat hashtag yang mewakili perang tersebut, yakni #Jokowi2Periode dan #2019TetapJokowi untuk pendukung Jokowi dan hashtag #2019GantiPresiden dan #2019PrabowoSandi yang kontra dengan Jokowi. 

Dalam analisis percakapan media sosial dengan menggunakan tool Drone Emprit, Ismail menemukan dalam perang tersebut, robot buzzer turut bermain. Menariknya, dua kubu politik itu sama-sama mengerahkan robot buzzer

Kemenkominfo Mengadakan Kegiatan Nobar Kreatif di Dunia Digital Sejak Dini

Dalam pemantauan media sosial periode 7 Agustus sampai 14 Agustus 2018, Drone Emprit melihat robot buzzer terpisah dari jemaah masing-masing. 

Wujud lainnya perang media sosial dalam Pilpres 2019 yakni munculnya robot polling. Ismail mengatakan robot polling yang bertujuan memenangkan polling di media sosial sesuai pesanan memang ada penyedia jasanya. 

Ismail malah membongkar bagaimana jasa robot polling bekerja. Dia menjelaskan, pasukan robot polling bekerja akan dikerahkan untuk mendongkrak suara tertentu, terutama menjelang akhir masa polling. 

"Cara kerjanya, si buzzer di dalam peternakannya sudah memiliki puluhan ribu hingga ratusan ribu akun robot. Pada saat sebuah polling Twitter dilakukan, mereka melihat posisi target. Pada saat yang tepat ribuan atau puluhan akun digunakan untuk 'ngevote' salah satu target," tulis Ismail di akun Facebooknya dikutip Selasa 21 Agustus 2018.

Robot polling ini akan makin masif menjelang masa kritis, yakni menjelang voting berakhir. Penyedia jasa robot polling mengerahkan sisa kekuatan untuk mendapatkan hasil vote tertinggi. 

"Kubu yang tidak siap dengan robot, dan hanya mengandalkan user natural, pasti tidak akan bisa ngejar dalam waktu hanya beberapa menit saja. Akhirnya yg pakai robot akan menang," tuturnya. 

Ciri-ciri robot polling

Ismail menuliskan robot polling bisa teridentifikasi dari pola yang tak natural dalam sebuah voting polling

Robot polling yang bekerja akan terlihat dengan proses cepat voting yang dilakukan secara cepat. Dalam waktu singkat serangan robot voting dengan akun robot dilakukan pada saat yang sama pula. 

"Pola natural jika dilakukan oleh user biasa tidak bisa dibuat cepat pada waktu yang sama. Mengikuti keluangan waktu user. Tapi kalau pakai robot, bisa sangat cepat. Jika tiba-tiba saja, dalam waktu singkat score perolehan salah satu pilihan dalam voting naik drastis, bisa diduga ada robot polling yagn digunakan," ujarnya. 

Ismail menuturkan selain soal tanda pagar dan robot buzzer, wujud perang media sosial capres cawapres yang muncul yaitu artikel, meme dan video. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya