Gara-gara Kematian Khashoggi, Twitter Kena Getah

Jurnalis pengkritik Arab Saudi, Jamal Khashoggi.
Sumber :
  • Aljazeera

VIVA – Gara-gara kematian jurnalis yang kritis terhadap pemerintah Arab Saudi, Jamal Khashoggi, Twitter menjadi sorotan.

Ratusan Karyawan PT PRLI Demo Lagi, Minta MA Lakukan Penggantian Majelis Hakim

Media sosial yang didirikan Jack Dorsey itu mendapat peringatan dari intelijen Barat lantaran salah satu karyawannya berkewarganegaraan Arab Saudi diduga sedang memata-matai data pribadi pengguna Twitter yang dianggap sebagai pembangkang.

Seorang karyawan yang tidak disebutkan identitasnya ini memiliki akses ke data akun pengguna Twitter, termasuk nomor telepon dan alamat IP.

Kim Soo Hyun Jalani Pelatihan Tentara Cadangan Jelang Episode Terakhir Queen of Tears

Para pejabat Saudi dikatakan telah meyakinkan dirinya untuk memantau beberapa akun. Tanpa butuh waktu lama, Twitter akhirnya memecat karyawan tersebut meski mereka tidak menemukan bukti bahwa ia menyerahkan data ke pemerintah Saudi.

Menurut informasi, karyawan yang dipecat Twitter itu pulang ke Arab Saudi dan saat ini telah bekerja kembali untuk pemerintahannya. Pasca-pemecatan, Twitter langsung mengirim pesan peringatan ke 20 pengguna dan mengatakan bahwa akun mereka "mungkin telah menjadi target oleh aktor yang disponsori negara".

Harta Kekayaan Elon Musk Lenyap Rp 45 Triliun dalam Sekejap, Ini Penyebabnya

"Sebagai tindakan pencegahan, kami memperingatkan Anda bahwa akun Twitter Anda kemungkinan menjadi target oleh aktor-aktor yang disponsori negara. Kami percaya bahwa para aktor ini mungkin telah mencoba untuk mendapatkan informasi seperti alamat email, alamat IP, dan nomor telepon Anda," demikian pernyataan resmi Twitter, seperti dikutip dari TechCrunch, Senin, 22 Oktober 2018.

Kendati demikian, Twitter tidak mengatakan apa penyebab dari peringatan email tersebut, yang menyebabkan sebagian dari pengguna yang dikirim justru mempertanyakan apa yang mengaitkan akun yang terpengaruh.

Dari 20 pengguna terkena dampak, beberapa di antaranya peneliti privasi dan keamanan Runa Sandvik, aktivis hak asasi manusia Michael Carbone, dan pakar komunikasi Austria Marco Schreuder.

Ketika dikonfirmasi, Twitter menolak berkomentar. Bukan hanya Twitter, Facebook dan Google juga memiliki peringatan serupa terhadap dugaan serangan atau peretasan yang disponsori oleh negara.

Meskipun sering kali perusahaan mengirimkan pesan peringatan karena sangat berhati-hati, bukan indikator yang solid bahwa akun telah dilanggar. (mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya