Spesies Ular Misterius, Bisa Sebar Racun Tanpa Buka Mulut

ilustrasi ular.
Sumber :

VIVA – Para ilmuwan baru-baru ini telah menemukan spesies ular baru, Atractaspis branchi, di hutan Liberia. Hewan melata yang dijuluki ular stiletto ini disebut dapat mengirimkan racun ke tubuh mangsanya, tanpa membuka mulut.

Ngeri, Terkuak Kerajaan Ular Salah Satu Suku yang Mengandung Banyak Misteri

Dilansir dari Science Alert, 25 Maret 2019, keterampilan melumpuhkan lawan dengan menyebar racun secara unik itu, dilakukan melalui taringnya yang panjang. Taring ini menempel dan dapat keluar dari sudut mulut ular. Jadi, racun dapat ditransfer dengan menusuk ke samping.

Ilmuwan menceritakan, ketika menemukan spesies nokturnal di hutan Liberia tersebut, terjadi perdebatan antara tim. Apakah akan menangkap ular dengan mencengkeram bagian ekor atau memegang kepala terlebih dahulu.

Identitas Pemeran Video Mesum di Hutan Pacitan Terkuak, Begini Pengakuannya

"Dalam posisi kepala ini, ular itu berulang kali mencoba menyerang," kata penulis penelitian.

"Entah itu mencoba bergerak perlahan menjauh dari pengamatan manusia atau tiba-tiba melilit dan melingkar. Ia bisa melompati jarak yang hampir sama dengan panjang tubuhnya, mirip dengan ular serigala dari genus Lycophidion," tambahnya. Meski begitu, pada akhirnya tidak ada anggota tim yang terluka.

Viral Terekam Lumba-lumba Berenang di Sungai Keruh, Kok Bisa?

Racun ular stiletto memiliki karakter sitotoksik (merusak sel), dapat menyebabkan rasa sakit luar biasa, bengkak, melepuh dan kadang-kadang merusak jaringan besar. Jika korban terkena racun pada jari, dan sudah menyebar parah, bisa saja ia harus diamputasi.

Penemuan spesies baru itu semakin mengukuhkan anggapan bahwa hutan Liberia Barat menjadi pusat keanekaragaman hayati, dimana terdapat beragam spesies unik dan belum terindentifikasi. Atractaspis branchi, bergabung bersama dengan setidaknya 21 ular stiletto lain yang juga banyak ditemukan di sahara Afrika.

"Survei lebih lanjut diperlukan untuk menyelesaikan kisaran spesies ular baru, dan untuk mengumpulkan lebih banyak informasi tentang kebutuhan ekologis dan sifat biologisnya," keterangan penulis yang makalahnya diterbitkan di Zoosystematics and Evolution.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya