Guru Sebar Hoax, Ketua Umum PGRI: Kita Harus Jadi Pemersatu Bangsa

Seminar Nasional Penguatan Guru TIK Menyambut mata Pelajaran Informatika
Sumber :
  • VIVA/Misrohatun Hasanah

VIVA – Akhir-akhir ini peredaran berita palsu atau hoaks melibatkan orang-orang yang berprofesi sebagai tenaga pengajar.

Mau Lebaran, Dua Kepala Sekolah Malah Jadi Tersangka Korupsi PPPK di Langkat

Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia, Unifah Rosyidi berharap, guru bisa menjadi fasilitator pembelajaran bagi anak didiknya, bukan malah ikut menyebarkan hoaks.

"Kita harus menjadi pemersatu bangsa. Harus mendidik anak-anak untuk memilih konten yang baik. Menjadi guru yang bisa meyakinkan guru-guru lainnya agar tidak mudah menyebar berita yang tidak benar. Itu saya titip," ujarnya dalam acara Seminar Nasional di Gedung Guru Indonesia, Jakarta, Jumat 28 Juni 2019.

Guru PAI Dapat THR Lebaran, Kemenag Pastikan Tidak Ada yang Tertinggal

Unifah menuturkan, masa depan sangat bergantung pada guru. Oleh sebab itu diharapkan untuk tidak memecah belah bangsa dengan mengedarkan berita yang informasinya belum tentu benar. Unifah meminta guru-guru untuk dilatih agar bisa menjadi bagian penting dari pembangunan bangsa.

Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara dalam kesempatan yang sama juga mengatakan, tidak bisa serta-merta menyalahkan guru yang menyebarkan hoaks. Sebab, dia melihat tingkat literasi di Indonesia memang masih rendah, sehingga banyak yang belum paham tentang pertahanan diri saat di dunia maya.

Oknum Guru MI di Bojonegoro Cabuli 8 Murid, Kemenag Bentuk Satgas

"Literasi mengenai internet memang harus ditingkatkan karena informasi di era sekarang tidak bisa dibendung. Karena belum paham, jadi setuju aja. Kita harus memperkuat diri, bagaimana menyaring informasi, benar atau tidak, meresponsnya bagaimana dan dibagikan lagi atau tidak," ujar Rudiantara.

Dalam dunia pendidikan, maju atau tidaknya pola pikir bangsa bergantung pada guru. Ia menyontohkan, Norwegia memiliki tingkat literasi yang tinggi. Anak-anak di negara itu sudah diajari bagaimana merespons dunia digital, sehingga hampir tidak ada persebaran hoaks di sana.

"Kalau terima pesan dan informasinya meragukan, lebih baik hapus, tidak usah diteruskan. Tabayun, tanyakan pada yang tahu. Kalau menyebarkan berita tidak benar jatuhnya fitnah. Apalagi sudah disebar di grup WhatsApp, satu grup diajak dosa, astaghfirullah," kata Rudiantara.

Oleh sebab itu, pemerintah ingin mendorong kurikulum Teknologi, Informasi dan Komunikasi (TIK). Namun bukan hanya masalah teknik, masalah sosial juga menjadi hal yang pemerintah soroti. Tujuannya selain untuk mempersiapkan Sumber Daya Manusia di era digital, juga memberi pertahanan bagaimana berselancar di dunia maya. [mus]

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya