Soal Pengawasan KPI, Hooq: Kalau Semua Diawasi Mata Capek

Grab dan Hooq meluncurkan kolaborasi pertama
Sumber :
  • Dok. VIVA/ Novina Putri Bestari

VIVA – Country Head Hooq Indonesia, Guntur Siboro menanggapi rencana Komisi Penyiaran Indonesia untuk mengawasi platform media baru bersiaran seperti YouTube, Facebook TV, Hooq sampai Netflix. Dia mengatakan pengawasan sebenarnya bersifat baik namun ada beberapa catatan penting. 

Menurutnya, hal yang harus diperhatikan yaitu cara pengawasan konten internet yang berdurasi ribuan jam. Pengawasan tersebut harus menggunakan dan berbasis teknologi seperti yang dilakukan Kominfo terhadap konten negatif. 

"Kalau Anda semua mau awasin? Mata Anda pasti capek. Saya saja kalau mau nonton YouTube nonton apa lebih dari setengah jam saja, capek saya," ujar Guntur, di Jakarta, Senin 26 Agustus 2019. 

Dia mencontohkan seluruh video di Hooq mencapai puluhan ribu jam. Jika harus diawasi satu per satu akan sangat melelahkan. 

Soal institusi yang mengawasi konten pada platform media bersiaran, Guntur menyerahkan pada pemerintah, apakah KPI atau Kominfo yang bakal mengeksekusinya. 

Guntur juga menceritakan jika pihaknya juga memiliki aturan soal penurunan konten di Hooq. 

"Tapi kita juga punya take down policy Hooq, kalau Anda complain kita take down," kata dia.

Selain itu, Guntur mengatakan, pasar juga bisa memainkan peran penting pengawasan. Jika pembuat konten membuat tayangan yang tidak pantas maka akan ditinggalkan pelanggan

Siap-siap Kesal Baca Berita tentang Model Ini

"Kalau saya percaya pasar. Kalau Anda enggak bener, membuat konten tidak sesuai kultur dan budaya sini akan ditinggalkan pelanggan," kata Guntur.

Ilustrasi warga Wamena, Papua memasukan kertas suara saat berikan hak suaranya pada Pemilu

Pengawasan Pilkada 2024 di Kabupaten Puncak Papua Terancam Tak Maksimal

Selain Kabupaten Puncak, pengawasan di Papua Tengah juga dikhawatirkan tak bisa maksimal saat Pilkada 2024.

img_title
VIVA.co.id
25 April 2024