Potensi Gempa Tsunami, BNPB: Ibu Kota Baru Zona Rendah Bencana

Desain ibu kota baru.
Sumber :
  • istimewa

VIVA – Badan Nasional Penanggulangan Bencana atau BNPB menegaskan, wilayah calon ibu kota baru di Kalimantan Timur berada pada zona rendah dan sedang terkait bencana. Wilayah tersebut memang tak lepas dari potensi gempa dan tsunami.

Gunung Kidul Yogyakarta Diguncang Gempa, Getaran Terasa hingga Pacitan

Berdasarkan data dari alat kaji potensi bencana InaRisk, ancaman risiko bencana yang bisa terjadi ibu kota baru yaitu hidrometeorologi seperti banjir, terutama di wilayah muara sungai.

Namun risiko tersebut bersifat dinamis, artinya bisa berkembang apabila terdapat beberapa faktor pendukung seperti tata kelola ruang yang tidak baik, tidak memerhatikan kajian lingkungan dan faktor urbanisasi. Deputi Bidang Sistem dan Strategi BNPB Wisnu Widjaja mengatakan ancaman bencana itu datang dari perilaku manusianya.

Gempa Susulan Masih Terus Muncul, Jumlah Pengungsi di Pulau Bawean Kian Bertambah

"Risiko ini dinamis, kalau banyak manusia di sana bisa berkembang menjadi tinggi ancaman bencananya, khususnya hidrometrologi, karena ini hubungannya dengan lingkungan. Kalau manusia masuk dan tinggal di wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) maka akan ada ancaman. Semua itu disebabkan oleh manusia," ujar Wisnu dalam keterangannya dikutip Sabtu 31 Agustus 2019.

Untuk potensi ancaman gempa dan tsunami, menurut pakar dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Widjo Kongko, tingkat risiko ancaman bencana Kalimantan Timur berada pada level rendah hingga sedang.

Top Trending: Arti Gempa Bulan Ramadhan Menurut Primbon Jawa, Jayabaya Ramalkan Pulau Jawa Ini

Berdasarkan kajian hipotesisnya, Widjo mengungkapkan, potensi risiko dari gempa dan tsunami ini merupakan dampak dari wilayah lain seperti dari Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan. Sedangkan potensi dari tsunami yang disebabkan longsoran bawah laut, Widjo mengatakan, ada tiga titik lokasi yang berpotensi di wilayah Selat Makassar dengan potensi kerawanan hanya 4 persen.

"Misal pun ada (gempa dan tsunami), itu berasal dari wilayah lain seperti Sulawesi dengan tingkatan risiko rendah hingga sedang. Kendati demikian harus disimulasikan melalui pemodelan," kata Widjo.

Kebakaran hutan

Soal potensi kebakaran hutan dan lahan, Pelasana Tugas Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Agus Wibowo mengatakan Kalimantan Timur masih berada pada peringkat ke-5 dengan total luas lahan yang terbakar mencapai 4.430 hektare dari 34 provinsi di Indonesia.

Dalam hal ini, peringkat pertama kasus karhutla adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan total luas 71.712 hektare berdasarkan data per Juli 2019. Hal itu menjadi kajian yang akan menjadi perhatian khusus bagi pemerintah pusat dan tentunya pemerintah daerah dan segala unsur yang terkait. "Kaltim ini peringkat ke lima se-Indonesia. Kasus terparah ada di NTT," kata Agus.

Menurut pemantauan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) melalui satelit, jumlah titik hotspot yang muncul di beberapa wilayah Kalimantan bukan selalu merupakan kebakaran hutan. Sedangkan perkiraan musim kemarau yang akan berakhir lebih lama dari tahun sebelumnya merupakan dampak dari fenomena El Nino. Hal tersebut tentunya sekaligus menjadi faktor banyaknya titik hotspot yang terdeteksi di beberapa wilayah di Indonesia.

"Hotspot bukan berarti kebakaran hutan dan lahan. Harus dipantau data hotspot selama 3 hari dan dilihat apakah ada tampilan asap di citra satelitnya untuk bisa menyimpulkan apakah itu kebakaran besar atau tidak. El Nino menjadi faktor penyebab meluasnya hotspot yang seperti terjadi sekarang ini," ujar Peneliti Penginderaan Jauh LAPAN, Indah Prasasti.

Baca juga nih: Wiranto Sebut Ada yang Tunggangi Kerusuhan di Papua

Dari hasil pertemuan Tim Intelijen Bencana, dapat disimpulkan bahwa potensi ancaman bencana di Kalimantan Timur ini berada pada level rendah hingga sedang, yang mana hal itu bisa menjadi besar apabila tata kelola ruang tidak memperhatikan aspek lingkungan dan ditambah tentang perilaku manusianya.

"Perilaku manusia harus diatur untuk keberlangsungan masa depan anak cucu kita. Demi Ibu Kota Negara yang baru. Kalimantan Timur kanvasnya sudah bagus, tinggal bagaimana kita mengatur dan mengelola tata ruangnya," tutup Wisnu.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya