Bunuh Jenderal Qassem Soleimani, Drone MQ-9 Reaper Bak Sniper di Udara

Drone MQ-9 Reaper Amerika Serikat.
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Tak bisa dipungkiri bahwa teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) memudahkan Amerika Serikat (AS) membututi sekaligus membunuh Komandan Pasukan Khusus Garda Revolusi Iran Mayor Jenderal Qassem Soleimani.

Innalillahi, Letnan Emil Perwira Pasukan Khusus Rahasia Satbravo 90 Kopasgat TNI Meninggal Dunia

Tiga unit pesawat nirawak atau Drone MQ-9 Reapers yang bisa terbang hingga ketinggian 50 ribu kaki tengah membidik target utama mereka. Salah satu drone lalu menembakkan rudal ke arah mobil yang di dalamnya ada Soleimani.

Kejadian itu lebih 20 menit setelah maskapai Cham Wings Airlines Airbus A320 mendarat di Bandara Internasional Baghdad, Irak. "Boomm!" Ledakan mobil terjadi di luar bandara pada 3 Januari 2020.

Ada Kopassus, Ini 5 Pasukan Khusus Militer Terbaik di Dunia

Jenderal Pasukan Khusus Iran itu pun terbunuh. Pelakunya adalah Hellfire R9X yang dijuluki Ninja. Rudal ini terpasang di bodi sayap bawah MQ-9 Reaper.

Mengutip situs The Guardian, membunuh target dengan drone seperti contoh kasus tewasnya Qassem Soleimani kini menjadi sudah sangat biasa lantaran propaganda pemerintah, kerahasiaan informasi, dan laporan media yang tidak kritis.

Tinggalkan Hantu Laut Marinir, Letkol Mario Ditarik Jadi Pejabat Pasukan Elite Koopssus TNI

Komandan Pasukan Khusus Iran, Mayor Jenderal Qassem Soleimani.

Qassem Soleimani.

Bahkan, menurut Direktur Drone Wars, Chris Cole, Inggris dan AS membuat pembunuhan target seperti dalam konflik dengan kelompok militan ISIS menjadi sebuah narasi yang mudah dilakukan. Sejumlah pentolan ISIS dikabarkan tewas akibat serangan drone.

"Serangan drone yang menewaskan Soleimani awal bulan ini mempertegas peran sentral drone dalam perang modern. Drone seperti sniper yang beraksi di udara. Pembunuhan lewat drone tentu merusak norma hukum internasional dan membuat dunia menjadi lebih berbahaya," kata dia.

Cole menyebut, sebelum Soleimani dibunuh, sejumlah serangan drone telah dilancarkan antara 2015 hingga 2018. Serangan ini termasuk menyasar warga Inggris Riyaad Khan oleh militer Inggris pada September 2015 dan Muhammad Emwazi di tahun yang sama oleh militer AS, dan dua tahun kemudian kepada Sally Jones.

Drone MQ-9 Reaper merupakan salah satu senjata paling penting bagi militer AS. Drone ini memiliki bobot 2,5 ton dengan daya jelajah 1.150 mil dan dijual US$16 juta atau sekitar Rp224 miliar. MQ-9 Reaper diproduksi oleh General Atomics, perusahaan produsen senjata yang berbasis di San Diego, AS, merupakan penerus Drone MQ-1 Predator.

Militer Amerika Serikat (AS).

Militer AS.

Dalam sebuah operasi militer, dikutip dari berbagai sumber yang dirangkum VIVA, Drone MQ-9 Reaper difungsikan untuk intelijen, pengawasan, dan pengintaian. Namun, yang membuat lawan sangat khawatir adalah spesialisasinya dalam melakukan misi kombatan, termasuk serangan ke target.

Kata 'Reaper' dapat diartikan sebagai pencabut nyawa. MQ-9 Reaper, yang terbang perdana pada 2001, memiliki daya tahan 14 jam saat terisi penuh dengan amunisi. Berbagai senjata yang dibawa termasuk GBU-12 Paveway II yang dipandu laser, AGM-114 Hellfire II rudal udara-ke-darat, AIM-9 Sidewinder, dan GBU-38 Joint Direct Attack Munition.

Sistem dasar Drone MQ-9 Reaper mengusung Sistem Penargetan Multi-Spektral, yang memiliki rangkaian sensor visual yang kuat untuk mencapai sasaran. MTS-B mengintegrasikan sensor inframerah, kamera TV warna/monokrom siang hari, kamera TV intensif gambar, pencari jangkauan laser/penentu, dan iluminator laser.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya