- Pixabay
VIVA – Di tengah liburan panjang, China ternyata harus menghadapi wabah virus corona yang mematikan. Banyak masyarakat yang terpaksa untuk tetap berada di rumah untuk melindungi diri dari persebaran virus tersebut.
Dilansir melalui laman Abacus News, Rabu, 29 Januari 2020, ternyata selama mereka ada di rumah, masyarakat tidak hanya memanfaatkan media sosial saja untuk mengisi waktu luang. Warga China juga memanfaatkan video game untuk membunuh rasa bosan.
Tapi ternyata Tencent sebagai pengembang permainan PlayerUnknown's Battle Grounds atau PUBG tidak siap menghadapi serangan tersebut. Terlalu banyak jumlah pengguna, membuat server platform mengalami penurunan.
“Film dibatalkan, pemutaran dibatalkan, kumpul-kumpul dibatalkan, sumber air panas dibatalkan. Sekarang saya hanya ingin bermain game, tetapi itu gagal, ” tulis salah satu influencer di Weibo, Tiyuxiaoqiao.
Beberapa pemain mengaku sulit masuk ke Game for Peace, PUBG versi China dan sisanya mengaku kesulitan untuk bertanding. Keluhan gamer segera ditanggapi perusahaan, mereka mengaku tengah memperluas kapasitas server.
"Antusiasme tentara pasukan khusus agak luar biasa, sehingga masalah kecil terjadi. Sebagai gantinya kami menawarkan hadiah dalam game untuk pemain," kata perusahaan yang berbasis di Shenzhen, China itu.
Menurut pengamat, lonjakan traffic terjadi karena banyak acara publik, bioskop dan atraksi telah ditutup karena virus corona. Ia mengklaim Tencent pasti mampu mengatasi hal tersebut.
"Situasi sekarang menjadi mengerikan dan hampir semua orang mengalihkan kegiatannya ke rutinitas online. Saya kira populasi yang online meningkat dua hingga tiga kali lipat, mengingat banyak rutinitas mereka yang dibatalkan," ujar Charlie Moseley.
