Produsen Vape Amerika yang Dijual di Indonesia Lagi Berdarah-darah

Ilustrasi vape.
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Perusahaan rokok elektrik (vape) asal Amerika Serikat, Juul Labs, menghimpun utang lebih dari US$700 juta (Rp9,6 triliun) untuk mendanai operasional mereka. Padahal, produk mereka baru saja dijual di pasar Indonesia pada pertengahan tahun lalu.

Edi Purwanto Paparkan Kinerja DPRD Jambi di Hadapan Wakil Konsul AS

Penggalangan dana ini dilakukan sepekan setelah mereka laporan keuangan mereka dilabeli rapor merah. Juul Labs membukukan biaya penurunan nilai US$4 miliar (Rp54,9 triliun), atau hampir sepertiga dari investasi awal yang mencapai US$12,8 miliar (Rp175,8 triliun).

Penurunan ini karena Juul Labs dihadapkan dengan gelombang penyakit terkait vape yang melanda Amerika Serikat (AS) yang membuat regulator memperketat pengawasan terhadap peredaran produk vape mereka.

AS Tuntut 7 Warga China atas Peretasan Jahat yang Disponsori Negara

Melansir VOA, Senin, 10 Februari 2020, Juul Labs sedang menghadapi sorotan yang terus meningkat dari polisi dan kejaksaan di negara bagian Illinois dan ibu kota Washington DC.

Keduanya sedang menyelidiki bagaimana vape atau rokok elektrik itu menjadi sangat populer di antara anak-anak di bawah umur.

Pabrik Rakit Drone Ukraina Hancur Dibom Pasukan Rusia

Juul Labs juga sedang diselidiki oleh sejumlah anggota Kongres dan pejabat kesehatan, dan menghadapi tuntutan hukum dari sejumlah penggunanya, baik yang masih berusia belasan tahun maupun orang dewasa.

Para eksekutif Juul Labs membantah bahwa produk mereka ditujukan pada anak-anak dibawah umur, dan telah menghapus laman-laman iklan dalam Facebook dan Instagram dan juga menarik sebagian produknya dari toko pengecer.

Pertumbuhan cepat perusahaan pembuat rokok elektronik itu sehingga menguasai pasaran yang bernilai miliaran dolar AS juga disertai dengan tuduhan dari orangtua dan pejabat kesehatan yang prihatin bahwa kepopuleran Juul Labs terus meningkat di antara pelajar sekolah menengah.

Mengutip Business Insider, akibat tekanan-tekanan itu, valuasi Juul Labs yang awalnya US$38 miliar langsung anjlok. Saat ini mereka juga sedang berjuang melawan tuntutan hukum swasta. Belum lagi pelarangan terhadap semua vape dengan rasa yang dimulai sejak Januari tahun ini.

"Kami memangkas lebih dari 650 pekerjaan dan berencana memotong pengeluaran hingga US$1 miliar sampai November 2020. Sebagai bagian dari proses memerangi penggunaan produk vape yang dilarang, kami sudah mempersiapkan Aplikasi Produk Tembakau Premarket yang komprehensif," klaim juru bicara Juul Labs.

Mereka mengaku akan menghentikan penjualan vape dengan rasa, kecuali rasa tembakau dan menthol. Kemudian, Juul Labs juga menghentikan iklan di media massa dan produk digital, serta menggelontorkan US$1 miliar untuk restrukturisasi.

Padahal, Juul Labs baru saja meluncurkan produk vape mereka di Indonesia pada pertengahan tahun lalu. Melalui kemitraan eksklusif bersama PT Jagad Utama Lestari (PT JUL), anak perusahaan PT Erajaya Swasembada Tbk (Erajaya Group), produk Juul kini tersedia untuk perokok dewasa di Indonesia.

Founder and Chief Product Officer Juul Labs, James Monsees mengatakan, misi global mereka meningkatkan kualitas hidup satu miliar perokok dewasa di dunia, dan misi tersebut telah tercapai di beberapa negara Juul Labs beroperasi.

"Kami berharap dengan hadirnya Juul di Indonesia, perokok dewasa di negara ini juga memiliki alternatif yang sama," kata Monsees, yang berasal dari Amerika Serikat (AS).

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya