Manusia Purba Berumur 3,6 Juta Tahun Ternyata Vegetarian

Ilustrasi manusia purba.
Sumber :
  • Phys.org

VIVA – Manusia purba ternyata memiliki otak berukuran kecil, berayun di antara pohon-pohon seperti monyet dan vegetarian jutaan tahun yang lalu. Para ilmuwan di Afrika Selatan membuat penemuan, setelah melakukan CT Scan pada fosil kuno yang dikenal sebagai 'Little Foot'.

Kabar Gembira untuk Vegetarian, Kini Hadir Makanan dengan Rasa Daging di Tiap Gigitan

Koleksi tulang leluhur itu, seperti dikutip dari The Sun, Senin, 23 Maret 2020, adalah Australopithecus yang berasal dari 3,6 juta tahun silam dan paling lengkap dari jenisnya di dunia. Para ahli membandingkan fosil terkenal itu dengan fosil-fosil lain dari Afrika, serta manusia dan simpanse yang masih hidup.

Mereka menunjukkan bahwa nenek moyang kita menggerakkan kepala mereka secara berbeda daripada manusia modern. Bentuk kepala menentukan kisaran gerak, sementara arteri yang melewati vetebrata ke tengkorak berguna untuk memperkirakan aliran darah yang memasok ke otak.

3 Hal Menarik Tentang Hari Vegetarian Sedunia

Menurut para peneliti, keseluruhan dimensi dan bentuk atlas Little Foot mirip dengan simpanse hidup. Dari fosil juga, tim mengidentifikasi bahwa ligamen dan sendi yang menghubungkan kepala dan leher menunjukkan manusia purba berayun secara teratur dari pohon ke pohon.

Mereka mengatakan karena Little Foot sangat terpelihara, pasokan aliran darah ke otak juga dapat diperkirakan untuk pertama kalinya. Para ilmuwan meyakini aliran darah Little Foot tiga kali lebih rendah, daripada manusia yang hidup, dan lebih dekat dengan simpanse.

Prancis Akan Larang Produk Vegetarian Pakai Bahasa 'Mengandung Daging'

Hal ini juga berarti Australopithecus memiliki otak yang relatif kecil dan makan makanan berkualitas rendah dengan sedikit daging.

"Morfologi vertebra serviks pertama mencerminkan berbagai aspek kehidupan organisme. Secara khusus, Little Foot hampir lengkap memiliki potensi untuk memberikan wawasan baru tentang evolusi mobilitas kepala dan pasokan arteri ke otak dalam garis keturunan manusia," kata Dr Amelie Beaudet, dari Witwatersrand University di Johannesburg.

Non-GMO.

Sehat Tanpa Rekayasa Genetik

Penggunaan bahan pangan GMO atau rekayasa genetik masih menjadi kontroversi, baik di kalangan ilmuwan dan masyarakat, karena banyak risiko kesehatan serta lingkungan.

img_title
VIVA.co.id
22 Maret 2024