Hooq Ajukan Likuidasi, Gimana Nasib Layanannya di Indonesia

Film AADC 2 tersedia di platfom Hooq.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Agus Tri Haryanto

VIVA – Penyedia layanan video streaming, Hooq Digital, mengajukan likuidasi (Creditor's Voluntary Liquidation/CVL). Perusahaan yang 76,6 persen sahamnya dimiliki oleh Singapore Telecommunications (Singtel) itu, belum mampu tumbuh secara memadai untuk memberikan pengembalian yang berkelanjutan atau menutupi biaya yang meningkat kepada kreditor.

Usai Jebolan Alibaba, Kini Alumni Hooq Indonesia Direkrut

Melansir situs Business Times, Jumat, 27 Maret 2020, Hooq telah menunjuk Lim Siew Soo dan Brendon Yeo Sau Jin sebagai gabungan likuidator sementara. Hal ini untuk mengawasi secara sementara operasi yang sedang berlangsung.

Namun, sebelum merealisasikan rencana likuidasi, Hooq terlebih dahulu akan menggelar rapat umum pemegang saham (RUPS), serta pertemuan kreditor yang berlangsung pada 13 April mendatang.

Kabar Baik dari Penyedia Layanan Streaming Film untuk Penggila Drakor

Singtel, Sony Pictures Television dan Warner Bros Entertainment, mendirikan Hooq pada 2015 untuk menawarkan film dan serial televisi kepada pemirsa di Asia melalui streaming atau mengunduh. Singtel menyampaikan pendapatnya yakni likuiditas ini diharapkan tidak memiliki dampak material pada aset berwujud perusahaan atau pendapatan per saham.

Sejak didirikan lima tahun lalu, perubahan struktural yang signifikan telah terjadi di pasar segmen video over-the-top (OTT). Konten film dan televisi OTT disediakan melalui koneksi internet berkecepatan tinggi daripada penyedia kabel atau satelit.

Kabar Sedih dari Penyedia Layanan Streaming Film

"Penyedia konten global dan lokal semakin mengarahkan, biaya konten tetap tinggi, dan kemauan konsumen pasar berkembang dan meningkat di tengah persaingan yang semakin meningkat. Sebagai hasil dari perubahan ini, model bisnis yang layak untuk platform distribusi OTT memasuki babak tantangan baru," dikutip dari keterangan resmi Hooq Singapura.

Ketika dikonfirmasi, Country Head Hooq Indonesia, Guntur Siboro, membenarkan para pemegang saham mengajukan likuidasi perusahaannya di Singapura. Namun, ia menampik kabar jika layanan tersebut akan ditutup.

Guntur mengaku, sesuai hukum di Singapura, Hooq akan menyelenggarakan rapat pemegang saham bersama kreditur dalam 2 hingga 3 minggu ke depan. Pertemuan ini untuk menentukan kelanjutan dari layanan tersebut. "Intinya belum tutup (layanan Hooq). Tunggu hasil RUPS ya," ungkapnya singkat kepada VIVA, Jumat malam.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya