Pangkas Layanan Jadi Jurus Startup saat Badai Krisis

Ilustrasi startup.
Sumber :
  • Dok. Istimewa

VIVA – Salah satu cara pebisnis untuk mengembangkan usahanya, yakni dengan inovasi dalam bentuk bisnis lain. Namun, hal itu sangat berisiko apabila muncul krisis, seperti yang terjadi saat ini akibat efek dari pandemi COVID-19.

Lini bisnis yang semula bagian dari inovasi dalam fase pengembangan harus ditinggalkan, agar perusahaan bisa bertahan secara jangka panjang. Mereka akan kembali ke bisnis inti.

Baca juga: Kualitas Internet di Jabodetabek Turun, Layanan 4G Sudah Keteteran

”Semua perusahaan pasti akan fokus dan memutar kembali arah layar besarnya ke bisnis utama. Lini bisnis yang bukan inti akan dikurangi, dan bahkan dihilangkan,” ujar Pakar Ekonomi Digital dan Executive Chairman Digital Banking Institute, Bari Arijono melalui keterangan resmi, dikutip VIVA Tekno Jumat 19 Juni 2020.

Salah satu jenis usaha startup yang mengalami dampak besar, yakni sektor wisata dan hotel. Bari mengatakan, Traveloka terpaksa mengurangi sekitar 10 persen karyawannya.

”Industri pariwisata terkena pasti. Traveloka, Tiket, dan Booking terdampak besar.. Mereka butuh recovery lama, bahkan perkiraan saya sampai akhir tahun mereka masih rasionalisasi,” tuturnya.

Ilustrasi layanan OTA Traveloka.

Langkah yang bisa dilakukan, menurut Bari, yakni dengan mengurangi operasional dan fokus pada efisiensi. Seperti membuka kantor cabang di kota lain, serta mengurangi jumlah karyawan.

Peternak Ayam Bisa Dapat Modal Rp200 Miliar, Syaratnya Jangan Gaptek

”Pengurangan karyawan tak bisa dihindari, dan akan efisiensi di sisi operasional. Misalnya punya kantor di Bali, Bandung, atau tempat lain akan tidak dilakukan,” ungkapnya.

Hal senada dikatakan oleh Direktur Riset Center of Reform on Economics Indonesia, Piter Abdullah. Ia menjelaskan, kondisi pemutusan karyawan wajar terjadi di saat seperti ini.

Startup Insurtech Ini Punya 3 Target jadi 'Penguasa' di Indonesia

”Di tengah perekonomian lambat, perusahaan pasti mengalami kerugian. Cara mengurangi kerugian, pasti lewat pengurangan karyawan. Misalnya, pabrik tak beroperasi dan tutup, masa tidak potong karyawan?” jelasnya.

Aset kripto seperti Bitcoin atau Etherium.

2024 jadi Tahun Krusial bagi Industri Kripto Indonesia

Tahun ini menjadi krusial bagi industri kripto, karena pada 2025, ada pengalihan dari Bappebti Kemendag ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

img_title
VIVA.co.id
22 Maret 2024