Logo DW

Peneliti: Pasangan yang Bertemu Online Lebih Harmonis

Ilustrasi pasangan.
Ilustrasi pasangan.
Sumber :
  • U-Report

Teori kedua: tingkat bahagia dari keduanya sejak awal sudah berada di tingkat berbeda. Awal yang kurang menguntungkan ini memperkuat risiko perpecahan, karena ketidakpuasan terus berkembang.

Akumulasi kesulitan

Menurut Eric Hegmann, terapis yang membantu pasangan membina hubungan, bulan-bulan pertama dalam hubungan sebuah psangan sudah menunjukkan tendensi bagi kelanjutan hubungan itu. Ia mengungkap, dalam enam bulan pertama, sebagian besar pasangan sudah menyadari apakah perbedaan di antara mereka lebih besar daripada rasa suka.

Para peneliti menemukan dari studi, hubungan yang akhirnya berakhir dengan perpisahan, merupakan campuran dari teori pertama dan ke dua. "Kami menyebutnya model akumulasi kesulitan, " kata Finn. Jika kedua orang dalam pasangan sejak awal sudah sering bertengkar dan tidak merasa senang, para peneliti sudah bisa menarik kesimpulan, pasangan itu tidak akan tahan lama. Karena semakin lama hubungan berlangsung, situasi tidak akan tambah baik.

Sekadar buang waktu?

"Keinginan untuk tahu sejak awal, apakah investasi di sebuah hubungan akan ada gunanya, bisa dimengerti," demikian dikatakan terapis Hegmann. Namun demikian, menurutnya tidak menguntungkan, jika sejak awal orang sudah tahu apakah hubungan menguntungkan, dengan kata lain melihat hubungan sebagai perhitungan antara biaya dan keuntungan.

Dr Christine Finn juga melihatnya dengan kritis. "Hanya karena sebuah hubungan mungkin tidak diawali dengan perasaan cinta yang menggebu-gebu dan sempurna, melainkan orang harus mengatasi masalah dan konflik, bukan berarti hubungan itu hanya sekadar buang-buang waktu."