Soal Perlindungan Data Pribadi, Kominfo dan BSSN Punya Tugas yang Beda

Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G Plate.
Sumber :

VIVA – Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G Plate menegaskan ada perbedaan tugas antara kementeriannya dengan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) soal menjaga perlindungan data pribadi.

Jangan Coba-coba Jual Laptop dan HP Tua kalau Tak Mau Menyesal

"Kewenangan keamanan siber, termasuk keamanan data digital, di Indonesia berada di tangan BSSN. Termasuk data pribadi warga Indonesia yang bocor. Sedangkan tugas pokok dan fungsi kami lebih ke penerapan hukum terkait perlindungan data pribadi," kata Johnny, saat Rapat Kerja dengan Komisi I DPR.

Saat ini, Indonesia tengah dihadapkan dengan sejumlah kasus kebocoran data pribadi di dunia maya. Sebut saja kasus yang menimpa situs e-commerce Bukalapak pada 2019 lalu, di mana 13 juta data pengguna beredar di internet.

Jenderal Hinsa Siburian: BSSN Tidak Boleh Anti dengan Perubahan Zaman

Kemudian, bocornya data 91 juta pengguna Tokopedia pada Mei 2020, dan yang terbaru adalah dugaan kasus kebocoran 230 ribu data pasien COVID-19 yang baru saja muncul ke permukaan.

"Kewenangan keamanan data dan cleansing terakhir ada di BSSN sebelum diserahkan ke dashboard Kementerian Kesehatan dan Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19. Pintu terakhir seluruhnya di sana," ungkap dia.

Revisi UU ITE Disahkan, Privy Siap Amankan Transaksi Keuangan Digital

Sementara tugas dan fungsi pokok Kominfo lebih ke penerapan regulasi dan infrastruktur penunjang. Kendati demikian, Johnny memastikan bahwa Kominfo akan selalu berkoordinasi dengan BSSN untuk monitoring pengelolaan data publik.

Sebab, BSSN adalah hasil peleburan Lembaga Sandi Negara (Lemasneg) dan Direktorat Keamanan Siber Kominfo. "Dari sisi interoperabilitas data, dilakukan di Kominfo. Semuanya aman. Tetapi keamanan data, security data dari sisi siber, ada di BSSN, tentu itu menjadi domain BSSN," papar Johnny.

Sebagaimana diketahui, 230 ribu data tes COVID-19 milik warga Indonesia dijual di pasar gelap para peretas atau hacker, RaidForums, bikin geger.

Berdasarkan pantauan VIVA Tekno, Sabtu, 20 Juni 2020, kali ini peretas bernama akun Database Shopping mengklaim memiliki 231.636 data pribadi dari database pasien COVID-19, dan diunggah sejak 18 Juni lalu.

Data pribadi yang dimiliki hacker ini berisi seperti nama, tanggal laporan, alamat dan telepon, kewarganegaraan, kelamin, umur, hasil tes PCR, hingga lokasi tempat pasien dirawat. RaidForums merupakan situs yang juga digunakan hacker untuk menjual data pengguna Bukalapak dan Tokopedia beberapa waktu lalu.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya