Perusahaan Global yang Beroperasi di Indonesia Boikot Iklan Facebook

Kepala Eksekutif Facebook, Mark Zuckerberg.
Sumber :
  • Adweek

VIVA – Dua perusahaan global yang beroperasi di Indonesia ikut boikot iklan di Facebook gara-gara ujaran kebencian. Keduanya berasal dari Inggris yaitu perusahaan asuransi Aviva dan grup hotel, Intercontinental Hotels Group (IHG), yang menaungi merek Holiday Inn, Crown Plaza, serta Hotel Kimpton. Adapun Aviva, Holiday Inn, dan Crown Plaza diketahui beroperasi di Indonesia.

Perprindo Protes Permenperin Baru soal Impor Elektronik Picu Ketidakpastian Hukum, Ini Penjelasannya

Mengutip situs BBC, Rabu, 1 Juli 2020, keduanya mengikuti jejak 150 perusahaan dengan merek besar dunia yang sudah lebih dahulu memboikot iklan di Facebook. Mereka antara lain Starbucks, Unilever, Verizon, North Face, Patagonia, Ben&Jerry's, Magnolia Pictures, Honda, Hershey, dan Coca-Cola.

Mereka semua sepakat tidak akan pasang iklan pada Juli 2020. Tak pelak, posisi Facebook lagi terjepit. Biang keladinya karena Facebook dan grupnya tidak melakukan aksi yang cukup memuaskan untuk menghapus konten ujaran kebencian atau hate speech di platformnya.

Curhat Kementerian BUMN Punya Dana Melimpah Buat Genjot UMKM, Tapi Terbentur Aturan OJK 

Akibat boikot tersebut, saham Facebook turun sebanyak delapan persen pada Jumat, 26 Juni lalu yang mengakibatkan kekayaan Zuckerberg turun hingga US$7 miliar atau sekitar Rp100 triliun.

Melihat situasi yang pelik ini, Facebook seperti tidak merasa terganggu. Mereka justru mengatakan ingin menjadi kekuatan untuk kebaikan semua. Dalam perkembangan terakhir, Wakil Presiden Facebook untuk Eropa Utara, Steve Hatch, mengatakan bahwa tidak ada keuntungan yang diambil dari konten yang berisi ujaran kebencian.

Shopee Rilis Iklan Terbaru Garansi Tepat Waktu, Dibintangi Penyanyi Kenamaan Vidi Aldiano

"Karyawan kami telah bekerja siang dan malam untuk menghapus hoax selama pandemi COVID-19. Jika pengguna kami menyebarkan informasi yang bisa menyebabkan kegaduhan di dunia nyata, kami akan menghapusnya. Kami telah melakukannya dalam ratusan ribu kasus," klaim Hatch.

Facebook terlalu lambat

Sementara itu, Kepala Unit Penelitian Digital, Institute for Strategic Dialogue, Chloe Colliver, mengaku apa yang dilakukan Facebook belumlah maksimal. "Upaya literasi media sosial yang mereka lakukan 'terlalu lambat'," tegasnya.

Ia telah melihat Facebook mencoba mengambil langkah reaktif dan seringkali 'tidak maksimal' dalam upaya membendung gelombang hoax dan disinformasi di platformnya.

"Tapi mereka juga belum bisa menghasilkan kebijakan yang proaktif membantu mencegah peredaran hoax, identitas, akun serta popularitas palsu. Tidak hanya di Facebook tapi juga Instagram dan WhatsApp," jelas Chloe.

Teori konspirasi

Berita palsu atau hoax yang viral telah menjadi masalah terus-menerus selama bertahun-tahun di media sosial seperti Facebook. Bahkan, meluas secara dramatis setelah kemunculan wabah COVID-19.

Pada Mei 2020, penyelidikan BBC menemukan hubungan antara kesalahan informasi tentang Virus Corona, penyerangan, pembakaran, dan kematian dengan potensi - yang tentunya berpotensi jauh lebih besar – kerusakan tidak langsung yang disebabkan oleh rumor, teori konspirasi, serta saran kesehatan yang buruk.

Melansir The Verge, boikot iklan di Facebook berasal dari kampanye Stop Hate For Profit yang digelar sejumlah organisasi massa termasuk Anti-Defamation League dan NAACP. Gerakan ini secara khusus menunjuk Facebook serta kebijakan moderasi mengenai ancaman kekerasan, misinformasi, dan ujaran kebencian.

Zuckerberg turun tangan

Facebook tidak secara langsung berkomentar soal gerakan Stop Hate for Profit. Kendati tidak berkomentar, namun Facebook melakukan sejumlah perubahan untuk mengatasi kritik terhadap sejumlah kebijakan yang dikeluarkannya pada minggu lalu.

Perubahan ini langsung diumumkan sendiri oleh Kepala Eksekutif Facebook, Mark Zuckerberg. Isi dari kebijakan itu adalah membuat aturan baru soal konten ujaran kebencian (hate speech) dan melarang adanya iklan yang mendorong perpecahan secara rasial.

Aturan baru Facebook juga akan melarang klaim soal orang dari ras, etnis, asal negara, agama, kasta, orientasi seksual, identitas gender atau status imigrasi tertentu merupakan ancaman untuk keamanan fisik, kesehatan atau keberlangsungan hidup bagi orang lain.

Ustaz Adi Hidayat

Heboh Soal Film Kiblat, Ustaz Adi Hidayat: Jangan Bertentangan dengan Moral

Ustaz Adi Hidayat telah mengekspresikan pandangannya mengenai kabar yang sedang hangat dibicarakan tentang film "Kiblat". Film ini cukup kontroversi karena berbeda.

img_title
VIVA.co.id
27 Maret 2024