Riset: Serangan Siber Lebih Mengerikan di 2015

Sumber :
  • REUTERS/ Kacper Pempel

VIVAnews - Sejumlah serangan siber yang cukup spektakuler menjadi headline pemberitaan di tahun ini. Kejahatan tersebut tidak akan berhenti begitu saja, malah akan lebih buruk lagi tahun depan.

Laporan McAfee Labs mengungkapkan, tahun depan para peretas itu akan memiliki teknik penyerangan yang lebih canggih lagi. Keahlian mereka yang semakin berkembang digunakan untuk menyusup ke sebuah jaringan.

"Serangan mata-mata lewat dunia siber akan terus berkembang dan frekuensinya pun meningkat. Keahlian mereka yang meningkat membuat peretas mampu menyembunyikan jejak usai mencuri data sensitif. Pemain lama bisa mencuri data dan mengumpulkan informasi diam-diam untuk dijual ke pihak ketiga, sedangkan peretas baru akan mencari cara untuk mencuri uang dan mengganggu musuh-musuh mereka," tulis Vincent Weafer, Senior Vice President McAfee, dalam laporan tersebut, seperti dikutip Phys.org, Rabu 9 Desember 2014.

Menurut McAfee, sekumpulan grup teror akan lebih aktif tahun depan dengan melakukan serangan menggunakan distributed denial of service attacks (DDoS). Mereka juga memanfaatkan malware yang bisa menghancurkan jaringan milik musuh.

"Mereka memiliki metode yang cukup canggih untuk tetap menyembunyikan di jaringan yang ditargetkan. Persembunyian ini sangat berguna untuk melakukan pencurian data dalam kurun waktu yang lama tanpa harus khawatir terdeteksi. Dengan cara ini, kriminal mulai berperan seperti mata-mata di dunia siber yang cenderung mengatai dan menunggu untuk mengumpulkan data intelijen," ujar Weafer.

Menurut McAfee, peretas cenderung menargetkan perangkat yang terkoneksi, termasuk komputerisasi untuk industri perkebunan, manufaktur, dan kesehatan. Termasuk juga menargetkan kamera web dengan keamanan dan sistem kendali yang rendah.

"Ke depannya, info pribadi pasien rumah sakit lebih berharga ketimbang data kartu kredit. Data itu laku dijual di pasar gelap," tutur Weafer.

Dipaparkan Weafer, ancaman siber akan semakin tumbuh dengan adanya 'tuntutan tebusan'. Hacker akan menahan penyebaran informasi untuk meminta 'tebusan'. Korban akan diperas agar mau melakukan perintah peretas. Biasanya mereka akan menargetkan para pengguna ponsel dengan sistem operasi yang rentan. Demikian juga sistem pembayaran lewat ponsel dengan memanipulasi teknologi bluetooth dan near field communication (NFC).

Followers TikToker Gali Loss Melejit Buntut Konten Hewan Ngaji, Polisi: Dia Tak Berpikir Panjang

Baca Juga:

Terpopuler: Tentang Nafkah Anak Laki-laki yang Sudah Baliqh sampai Masalah Obat Kuat

Jadwal Mobil SIM Keliling DKI Jakarta, Depok, Bandung, Bekasi Sabtu 27 April 2024
Rizky Nazar

Rizky Nazar Angkat Bicara Soal Dugaan Selingkuh, Beberkan Hal Ini

Rizky Nazar menjelaskan dirinya pergi ke tempat yang ada di video tersebut ramai-ramai dan tidak berduaan dengan Salsha Adriani.

img_title
VIVA.co.id
27 April 2024